Minggu, 14 Februari 2016

Ahmad Malawat Mantan Walikota Ambon Muslim Pertama (Motivasi, Dedikasi dan Prestasinya)




Pendahuluan

Drs.Ahmad Malawat (Mantan Walikota Ambon ke-8, 1966-1969)

Jasa para tokoh Mamala-Amalatu tentu tak bisa dilupakan. Selain jasanya terhadap negeri Mamala sendiri, juga terhadap masyarakat Maluku umumnya. Sejarah para tokoh ini pun memberikan segudang pengajaran dalam menaklukkan suatu perjuangan. Ahmad Malawat merupakan salah satu tokoh Mamala Amalatu yang perjalanan hidupnya patut diteladani dan dicontoh oleh para generasi muda Mamala khususnya dan masyararakat Maluku umumnya. Sebagai seorang yang lahir pada masa penjajahan Belanda dan menjalani masa kecil saat menjelang kemerdekaan, serta terlahir sebagai turunan bangsawan di Ambon, dengan kultur Islam yang sangat kental. Memberikan suatu proses yang tidak mudah untuk dilalui hingga beliau menggapai segudang prestasi. Sekalipun sulit untuk mendapatkan informasi  lengkap tentang perjalanan hidupnya, namun dalam tulisan ini akan menguraikan  secara sekilas perjuangan hidup beliau dengan berbagai latar kehidupan yang disebutkan diatas serta membandingkan antara latar belakang masa kecil dengan prestasi beliau, khususnya dalam menggambarkan motivasi, dedikasi dan prestasinya untuk dilanjutkan oleh para generasi muda di Mamala khususnya dan Maluku umumnya.

Masa Pemerintahan Belanda

Dalam politik pendidikannya, Belanda tidak memperlihatkan demokratisasi di dalam pendidikan, karena tidak semua orang diberi kesempatan mendapatkan pendidikan yang sama. Sistemnya disebut: Three tract system, yaitu: a. Pendidikan untuk golongan bawahan atau rakyat jelata  b. Pendidikan untuk golongan atas yang disederajatkan dengan Belanda  c. Pendidikan untuk golongan bangsa Belanda, bangsa Eropa dan bangsa Timur lainnya.

Jadi Belanda tidak mendapatkan suatu sistem L‟ecole unique (suatu sistem kesatuan / keseragaman sekolah) dalam pendidikannya di Indonesia. Dengan demikian nampaklah perbedaan yang tajam antara pekerja tangan (biasanya rakyat jelata) sebagai pekerja rendahan dengan pekerja intelek, dalam pekerja intelek (pegawai kantor) dianggap lebih tinggi dan dihargai serta dianggap lebih mulia.

Selayang Pandang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

PMII sejak didirikan pada tanggal 17 April 1960 sebagai Independen dari Organisaiasi NU, yang berpungsi sebagai sayap Mahasiswa NU seperti : GP. ANSHOR disayap Pemuda, MUSLIMAT disayap Ibu-Ibu, PATAYAP di sayap Pemuda, IPNU di sayap Pelajar, serta IPPNU di sayap Putra-putri Nahdiyin maka, komitmen PMII kepada Jami’ah NU adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Keterlibatan PMII dalam dunia politik praktis yang merupakan sayap NU yang pada saat itu menjadi salah satu Partai Politik di Indonesai, yang pada akhirnya sangat merugikan PMII itu sendiri terlalu jauh Organisasi Mahasiswa. Akibatnya PMII banyak mengalami kemunduran dalam segala aspek Pergerakan yang berakibat fatal pada beberapa Cabang PMII di beberapa Daerah di Indonesai kondisi ini menyadarkan PB. PMII untuk mengkaji ulang selama ini dilakukan khususnya dalam Dunia Politik-Praktis.

Setalah melalui beberapa pertimbangan yang mendalam maka pada Musyawarah Besar pada tanggal 14-16 Juli 1972, disana PMII mencetuskan deklarasi Independent PMII darei NU di Munarjati Lawang Jawa Timur, karena Independen PMII, diatas didasari karena :
1. Merupakan Kesadaran PMII yang meyakini sepenuhnya terhadap tuntutan kebutuhan sikap, kebebasan berfikir, dan pengembangan kreativitas yang dijiwai oleh niali-nilai Islam.
2. Merupakan Manipestasi dari kesadaran organisasi dari tuntutan kemandirian kepeloparan, kebebasan berfikir, dan berkreasi serta tanggung jawab sebagai kaders umat dan Negara. Sedangkan secara politis sikap independensi itu konon ada bergening antara tokoh PMII pada saat itu dengan Pemerintah terbukti dengan adanya sejumlah tokoh PMII seperti Zamroni, Adul Padare, Hatta Mastufga, dan Said Budairy tercatat sebagai orang yang melahirkan “Deklarasi Pemuda Indonesia” yang kemudian menjadi KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia).

Klimaks dari resistensi terhadap Pemerintah Orde Baru adalah Gerakan Mahasiswa Dekade 1990 an dimana PMII berdiri di barisan paling depan dalam menghancurkan Rezir Orde Baru, sebagaimana NU juga pada paruh kedua tahun 1960-an.

Refleksi Sejarah PMII Komisariat UNPATTI

PMII Komisariat UNPATTI yang didirikan pada tahun 1964 oleh Almarhum Sahabat Drs.Ahmad Malawat merupakan tokoh pergerakan yang telah menunjukan eksistensi ke-PMIIan-nya terbukti dalam catatan sejarah beliau merupakan mantan Walikota Ambon Islam pertama dan salah satu pendiri PMII Cabang Ambon, dan di Maluku secara kolektif. Perjuangan beliau tidak akan pernah surut sampai kapanpun dan beliau akan di kenang oleh setiap warga Pergerakan sampai akhir hayatnya.

Deskripsi

Hidup di masa penjajahan adalah menjalani keterpaksaan dan himpitan kesulitan. Sekalipun sebagian masyarakat tertentu mengalami kehidupan yang manis karena fasilitas dari penjajah, tetapi mayoritas penduduk pribumi mengalami penderitaan yang sangat. Sebagian dari mereka yang memperoleh sedikit keberuntungan hidup itu, yakni Drs. Ahmad Malawat yang sadar akan kebebasan hidup yang diperlukan banyak masyarakat. Kesempatan yang diperolehnya dimanfaatkan sepenuhnya untuk menggapai cita-citanya, hingga akhirnya mendapat kesempatan kuliah di Fakultas Sospol Universitas Gajah Mada, beliau kemudian menjadi salah satu dosen di Unpatti. maklum ketika itu tidak semua orang bisa sekolah, kecuali golongan tertentu saja.

Sekalipun kesempatan yang diperoleh ini juga diperoleh oleh orang lain dari kalangan bangsawan di Tanah Hitu, namun hanya Drs. Ahmad Malawat yang dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.  Beliau menyadari benar pesan ayahandanya yang merupakan Raja Mamala, yang selalu mengatakan “Baba sekarang hanya hidup dari  hutan, maka engkau jangan lagi hidup dengan menggantungkan diri dari hutan, manfaatkan kesempatan belajar ini, dengan sebaik-baiknya. Sehingga engkau dapat memberikan contoh untuk adik-adikmu dan keluarga besar di kampung”. Kesadaran dirinya tentang kesempatan yang diperoleh untuk mengangkat status sosial dan ekonomi serta martabat keluarganya begitu tertanam pada dirinya. Sehingga beliau sangat senang bila ada di antara keluarganya mengikutinya menuntut ilmu di Jogjakarta. Hal ini diperlihatkan oleh beliau saat salah seorang adik sepupunya mengikuti pendidikan Residen (setingkat Bupati saat itu), beliau memperlihat rasa antusiasme dan rasa sayang yang sangat dalam.

"Beliau menyadari benar pesan ayahandanya yang merupakan Raja Mamala, yang selalu mengatakan “Baba sekarang hanya hidup dari  hutan, maka engkau jangan lagi hidup dengan menggantungkan diri dari hutan, manfaatkan kesempatan belajar ini, dengan sebaik-baiknya. Sehingga engkau dapat memberikan contoh untuk adik-adikmu dan keluarga besar di kampung”.

Selama masa pendidikannya di kota pelajar ini, dimanfaatkannya untuk mengembangkan diri nya dengan mengikuti berbagai kegiatan organisasi kemahasiswaan dan keagamaan. Sekembalinya dari Jogjakarta beliau berhasil menjadi Pegawai Negeri Sipil dan juga sebagai staf dosen Fisipol Unpatti. Hal ini dikarenakan beliau paham bahwa sebagai putera bangsa yang sadar akan pentingnya memajukan para pribumi itu bertekat untuk menggalang pendidikan bagi masyarakat luas. Hal yang dilakukan oleh Drs.Ahmad Malawat pendiri PMII Komisariat Unpatti dan tokoh-tokoh lain di nusantara. Hanya rasa keprihatinan yang mendalam yang menyentuh jiwa mereka yang menjadi motivasi gerakan pendidikan nasional di masa  itu..

Para tokoh pendidikan kala itu tidak hanya berkorban tenaga dan pikiran saja, mereka pun berkorban harta dan segala yang mereka miliki demi kemajuan pendidikan bangsa. Sebuah pengorbanan yang tidak ringan dan perlu dikaji dengan baik untuk cerminan kita generasi penerusnya. Mengajar bangsa dengan hati, berkorban sepenuh hati, ketulusan yang menyentuh dan tidak pernah luluh. Baru-baru ini saja ramai orang membincangkan tentang perlunya mendidik dengan hati, padahal sudah sejak semula dalam sejarah pendidikan kita, beliau mengajar dengan dengan hati. Berbuat tanpa pamrih adalah ciri perjuangan beliau. Dan rasa kebangsaan yang tiggi menjadi pendorong utamanya. Hal-hal demikian inilah yang telah lama luntur dari wajah pendidikan kita.

Prestasi

Beliau merupakan mantan Walikota Ambon ke-8 (1966-1969). PMII Komisariat UNPATTI yang didirikan pada tahun 1964 oleh Almarhum. Sahabat Drs.Ahmad Malawat merupakan tokoh pergerakan yang telah menunjukan eksistensi ke-PMIIan-nya terbukti dalam catatan sejarah beliau merupakan mantan Walikota Ambon Islam pertama dan salah satu pendiri PMII Cabang Ambon, dan di Maluku secara kolektif. Beliau merupakan Raja Mamala ke-15. Beliau Juga pernah menjadi Dekan Fisipol Unpatti dan menjadi Bupati Halmahera Tengah. Karena begitu besar dedikasi dan pengorbanannya dalam membangun Kabupaten Halmahera Tengah, nama beliau diabadikan sebagai nama jalan di kota itu, tepatnya di Kota Tidore Kepulauan, di Kelurahan Gura Bunga. Sepeninggalnya beliau dari jabatan ini, beliau menjadi Karo Pembangunan Maluku (Bappeda sekarang), dan tempatnya digantikan oleh Idris Tukan (Ketua MUI Maluku).   Jabatan terakhirnya adalah Kepala Biro Pembangunan Maluku hingga akhir hayatnya (Posisinya kemudian ditempati oleh M.Akib Latuconsina yang kemudian menjadi Gubernur Maluku). Perjuangan beliau tidak akan pernah surut sampai kapanpun dan beliau akan di kenang oleh setiap warga pergerakan sampai akhir hayatnya.