Sabtu, 23 Juli 2016

Membangun Kepariwisataan di Negeri Mamala (Ambon)




Pendahuluan

Selama ini negeri Mamala hanya dikenal karena keberadaan “Atraksi Pukul Sapu” dan  kemujaraban “Nyuwelain Matehu atau Minyak Mamala” yang dilakukan setiap 8 Syawal.  Keberadaan momen syawalan tersebut bahkan telah menjadi salah satu ikon pariwisata di Maluku. Dalam hal ini, acara syawalan tersebut masuk dalam kategori wisata berbasis budaya. Wisata berbasis budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Pariwisata jenis ini dibedakan dari minat-minat khusus lain, seperti wisata alam, dan wisata petualangan. Kebudayaan, wisata alam dan wisata petualangan merupakan tiga hal penting yang dimiliki oleh Mamala, selain faktor penunjang ketiga hal tersebut terdapat hal terpenting yang menunjang ketiganya yakni kemudahan dalam jangkauan dari kota Ambon, apalagi setelah terdapat Jembatan Merah Putih. 


Keragaman flora di Way Solopay (Air Besar di Mamala)

Pariwisata

Kenapa harus  pariwisata? Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor andalan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan kawasan wisata harus merupakan pengembangan yang terencana secara menyeluruh sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat.

Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menjelaskan bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Yang dimaksud pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Sumber Daya Pariwisata

Sumber daya yang terkait dengan pengembangan pariwisata umumnya berupa sumber daya alam dan sumber daya budaya, di samping sumber daya manusia. Orang ataupun organisasi menggunakan sumber daya untuk beragam kegiatan pariwisata. Misalnya, di tempat kerja operator pariwisata digunakan sumber daya manusia (tenaga kerja), fasilitas dan peralatan (sumber daya fisik), menyediakan atraksi budaya sebagai daya tarik wisata (sumber daya budaya), dan menjual pemandangan alam sebagai atraksi wisata (sumber daya alam). Muaranya sebenarnya sama, yaitu bagaimana menggunakan sumber daya, baik secara individual maupun kombinasinya untuk memuaskan keinginan wisatawan yang beragam sesuai harapan.

Sumber Daya Alam

Elemen dari sumber daya, misalnya, air, pepohonan, udara, hamparan pegunungan, pantai, bentang alam, dan sebagainya, tidak akan menjadi sumber daya yang berguna bagi pariwisata kecuali semua elemen tersebut dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan manusia. Oleh karenanya, sumber daya memerlukan intervensi manusia untuk mengubahnya agar bermanfaat. Unsur-unsur alam sebenarnya bersifat netral sampai manusia mentransformasikannya menjadi sumber daya. Hal ini juga dipengaruhi oleh budaya yang menentukan siapa yang menggunakan sumber daya dan bagaimana sumber daya tersebut digunakan.



Menurut Damanik dan Weber (2006) dalam Pengantar Ilmu Pariwisata, sumber daya alam yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata alam adalah :
a. Keajaiban dan keindahan alam (topografi)
b. Keragaman flora
c. Keragaman fauna
d. Kehidupan satwa liar
e. Vegetasi alam
f. Ekosistem yang belum terjamah manusia
g. Rekreasi perairan (danau, sungai, air terjun, pantai)
h. Lintas alam (trekking, rafting, dan lain-lain)
i. Objek megalitik
j. Suhu dan kelembaban udara yang nyaman
k. Curah hujan yang normal, dan lain sebagainya.


 

Sumber daya alam dari negeri Mamala yang paling menonjol adalah rekreasi perairan khususnya keberadaan sungai (way ela / air besar way Solopay) yang membentang di dari perairan pantai Mamala sampai ke daratan Mamala yang berbukit. Di bagian atas perbukitan tersebut air besar  bercabang dua. Sepanjang aliran air besar tersebut banyak memperlihatkan keindahan panorama alam yang luar biasa.



Keberadaan muara nya yang disebut "Tetui Hiti Latu" menjadikannya sebagai destinasi  "Komunitas Pencinta Alam & Komunitas di Pulau Ambon" sebagai lokasi perkemahan wisata.

Dokumentasi video Survei Kegiatan Komunitas Rakyat Kuasa April 2016 (created by L. Wattimena)

Selain keindahan panorama sepanjang air besarnya, negeri Mamala mempunyai objek megalitik yang berkaitan erat dengan sumber daya budayanya, yakni dengan keberadaan batu pamali (Hatu Tihal) dari negeri Mamala, mulai dari situs batu pamali dari marga-marga yang ada di negeri Mamala, hingga keberaadaan batu pamali untuk baileo dan negeri.

Batu Pamali (Hatu Tihal) Marga Mony di Wakalau (Mamala-Amalatu)

Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia diakui sebagai salah satu komponen vital dalam pembangunan pariwisata. Hampir setiap tahap dan elemen pariwisata memerlukan sumber daya manusia untuk menggerakkanya. Singkatnya faktor sumber daya manusia sangat menentukan eksistensi pariwisata. Sebagai salah satu industri jasa, sikap dan kemampuan staff akan berdampak terhadap bagaimana pelayanan pariwisata diberikan kepada wisatawan yang secara langsung akan berdampak pada kenyamanan, kepuasan dan kesan atas kegiatan wisata yang dilakukannya.

Sumber Daya Budaya

Budaya sangat penting perannya dalam pariwisata. Salah satu hal yang menyebabkan orang ingin melakukan perjalanan wisata adalah adanya keinginan untuk melihat cara hidup dan budaya orang lain di belahan dunia lain serta keinginan untuk mempelajari budaya orang lain tersebut. Industri pariwisata mengakui peran budaya sebagai faktor penarik dengan mempromosikan karakteristik budaya dari destinasi. Sumber daya budaya dimungkinkan untuk menjadi faktor utama yang menarik wiasatawan untuk melakukan perjalanan wisatanya.


 Istilah “budaya” bukan saja merujuk pada sastra dan seni, tetapi  juga pada keseluruhan cara hidup yang dipraktekkan manusia dalam  kehidupan sehari-hari yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya, serta mencakup pengertian yang luas dari gaya hidup. Dalam pariwisata, jenis pariwisata yang menggunakan sumber daya budaya sebagai modal utama dalam atraksi wisata sering dikenal sebagai pariwisata budaya. Jenis pariwisata ini memberikan variasi yang luas menyangkut budaya mulai dari seni pertunjukkan, seni rupa, festival, makanan tradisional, sejarah, pengalaman nostalgia, dan cara hidup yang lain. Pariwisata budaya dapat dilihat sebagai peluang bagi wisatawan untuk mengalami, memahami, dan menghargai karakter dari destinasi, kekayaan dan keragaman budayanya. Pariwisata budaya memberikan kesempatan kontak pribadi secara langsung dengan masyarakat lokal dan kepada individu yang memiliki pengetahuan khusus tentang sesuatu objek budaya. Salah satu objek budaya yang ada di negeri Mamala adalah baileo adat Hatusela, yang bernilai historis dan mewakili simbol adat masyarakat Ambon pada umumnya.  Tujuannya adalah memahami makna suatu budaya dibandingkan dengan sekedar mendeskripsikan atau melihat daftar fakta yang ada mengenai suatu budaya.

Potensi budaya yang dapat dilestarikan di negeri Mamala, selain keberadaan “Atraksi Pukul Sapu” dan “Nyuwelain Matehunya / Minyak Mamala”, adalah dengan keberadaan perjalanan transformasi budaya dari Uli Siwa menjadi Uli Lima yang merupakan bagian dari filosofis pemerintah provinsi Maluku yakni Siwalima.

Penutup 
Kesemua potensi ini merupakan aset yang dapat dijadikan modal dalam membangun “kepariwisataan” di negeri Mamala, yang didukung kemudahan dalam jangkauannya.