Pendahuluan
Kehadiran
Sembilan bendera panji Islam di Mamala merupakan bagian dari penegasan
kehidupan Islam di Ambon pada umumnya, yang awalnya merupakan tempat transit
para pedagang berbagai Negara untuk mendapatkan cengkeh di Maluku Utara dan
Pala di Banda. Sekalipun pada permulaan awal abad ke-16, Ambon juga menjadi
daerah penghasil cengkih dan pala.
Mamala
memiliki sembilan bendera masjid, yang bentuknya bervariasi seperti bendera-bendera
kerajaan. Bendera bendera tersebut kini sudah semakin tua dan warnanya telah
memudar dan bergambarkan berbagai kaligrafi dua kalimat syahadat di sekeliling
bendera, dan kalimat kaligrafi lainnya disertai logo harimau Champa dan logo
lainnya. Berbagai
teori penyebaran Islam dan penjelasan tentang jalur perdagangan dunia terkait
dengan cengkih serta keberadaan Champa menjadi pembahasan dalam menjelaskan masuknya para leluhur marga Mony dan Wakang di
Mamala yang berkaitan erat dengan penjelasan keberadaan bendera di Mamala
sebagai bukti bahwa kesemuanya berasal dari kerajaan Islam Champa yang telah
punah. Pemaparan ini mengarah dalam pembuktian keberadaan bendera marga yang
ada di Mamala berada bersamaan dengan empat perdana yang telah popular dalam
buku sejarah nasional Maluku sebagai cikal bakal penduduk Tanah Hitu.
Bendera
harimau Champa dan bendera Latu Liu merupakan saksi bisu benang merah hubungan
emosional yang erat antara leluhur Mamala dengan Walisongo. Penjabaran ini
menjadi sangat penting mengingat minimnya literasi tentang sejarah Islam di
Ambon khususnya dan Maluku Tengah pada umumnya, yang tertutupi oleh arogansi kelompok negara
negara yang pernah menjajah Indonesia dan kelompoknya yang sampai kini terus
berupaya untuk memelihara politik adu domba masyarakat Maluku Tengah dengan
berbagai upaya pengaburan sejarah. Fakta ini menjadi nyata setelah melihat
perbandingan informasi antara keberadaan bendera dan hubungannya dengan
informasi tentang kedatangan berbagai marga di Ambon dari penulis asing di
atas.
Pengkajian
makna simbol dari bendera harimau Champa dan bendera Latu Liu memperlihatkan
Sunninya Islam yang berkembang di Mamala sejak dulu, mempunyai kaitan erat
dengan Baghdad {dinasti Abbasiah} dan Samarkand. Definisi harimau Champa yang
dipakai pada awal penulisan memakai definisi KBBI, sekalipun pada pendalaman
materi definisi itu berubah, bahwa yang dimaksud adalah “Cheetah”. Karena tidak
mempengaruhi substansi masalah, untuk selanjutnya tetap dipakai dengan istilah
harimau Champa, mengingat pemakaian istilah harimau Champa yang dimaksud juga
digunakan pada beberapa referensi lainnya.
Sejarah dan
Arkeologi
Gambar 1. Sembilan bendera panji Islam yang menyerupai bentuk dan jumlah sembilan bendera panji Islam Mamala |
Dalam
pembahasan sejarah, untuk membantu diperolehnya data histori yang akurat
dibutuhkan ilmu-ilmu pendukung yang akan memperkuat keberadaan sejarah.
Ilmu-ilmu yang dibutuhkan oleh ilmu sejarah terbagi menjadi dua; ilmu-ilmu
dasar sejarah (auxillary disciplines) dan ilmu-ilmu bantu sejarah (auxillary
sciences). Adapun salah satu bagian dari ilmu-ilmu dasar sejarah adalah “Heraldy”
yakni pengetahuan tentang tanda-tanda atau simbol istimewa yang terdapat dalam
stempel, baju besi, pakaian para pembesar, pada bendera dan pakaian tentara.
Dalam sejarah Islam pada masa-masa pemerintahan Bani Saljuk, Bani Ayyub,
Mamalik, dan Turki Usmani terdapat pada simbol-simbol dan tanda-tanda yang
menunjukkan jabatan tertentu yang disandangnya.{1}
Penelitian
arkeologi, yang bertumpu pada budaya kebendaan, membantu kita menemukan
informasi dari berbagai peninggalan budaya masa lampau baik yang berbentuk
artefaktual, maupun fitur-fitur bangunan monumental yang masih bisa kita
saksikan saat ini, serta berbagai makna simbolik di balik benda budaya itu.
Dalam konteks ini, termasuk dalam kategori pendekatan arkeologi sejarah
(historical archaeology), termasuk di dalamnya Arkeologi Islam (Islamic
Archaeology), yaitu arkeologi yang mempelajari masyarakat Islam masa lampau
melalui artefak, fitur dan ekofak yang dihasilkan dari masyarakat masa lampau
pada masa sejarah, yakni masa ketika sudah mengenal tulisan (Tjandrasasmitha,
2009:109). Azyumardi Azra (2009) mengatakan arkeologi merupakan salah satu ilmu
yang sangat dekat bahkan lengket dengan sejarah, karena tujuannya sama yakni
mengungkap kehidupan manusia pada masa lalu. Perbedaan keduanya lebih banyak
pada penggunaan sumber. Sejarah lebih banyak bersandar pada sumber tertulis,
sedangkan arkeologi pada sumber berupa benda atau artefak yang antara lain
melalui ekskavasi. Lebih lanjut dikatakannya, kajian sejarah Islam sebelum abad
ke 15 M, sangat memerlukan dukungan bukti-bukti arkeologis. Sejarah masuk dan
berkembangnya Islam di Indonesia, katakanlah abad 13-15 M, masih menyisakan banyak
pertanyaan yang memerlukan jawaban atas dasar berbagai bukti, khususnya
arkeologi. Oleh karena itu, penggunaan data dan bukti arkeologi untuk
pengungkapan sejarah Islam Indonesia, menjadi sangat penting. {2}
Dalam proses
pencarian dan pengumpulan data, diperlukan pengetahuan atau sekurang-kurangnya
mengerti apa yang disebut arkeologi dan atau sejarah (Tjandrasasmitha, 2009
:110). Tjandrasasmitha, selanjutnya menjelaskan meskipun arkeologi maupun
sejarah, terdapat sedikit perbedaan definisi. Arkeologi dalam studinya lebih
menitikberatkan kepada benda-benda atau artefak yang tidak perlu ada tulisan,
sedangkan sejarah dalam studinya lebih mengutamakan data-data tertulis (arsip,
dokumen). Tetapi keduanya baik arkeologi maupun sejarah tujuannya sama yakni
untuk merekonstruksi kehidupan masyarakat masa lampau. Sumber tinggalan
arkeologis, dapat berupa artefak maupun fitur yang keduanya dapat mengandung
tulisan dan ada pula yang tidak. Benda atau bangunan dari masa sejarah yang
tidak mengandung tulisanpun, tetapi masuk dalam kategori arkeologi sejarah
dalam mencari dan mengkajinya dapat menggunakan data tekstual seperti arsip,
dokumen-dokumen, naskah-naskah kuno tentang hikayat, babad, bahkan dongeng
ataupun legenda karena mengandung kebenaran atau kenyataan (H.J de Graaf,
1956:55-73; Tjandrasasmitha, 2009:110).{2}
Dalam
berbagai literatur sejarah Maluku, kita akan banyak menemukan informasi menyangkut agenda Islamisasi, yang terus
bertumbuh dan semakin mapan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di
wilayah Maluku Utara. Meskipun dalam porsi yang lebih kecil, kita juga perlu
memperoleh dan menemukan catatan sejarah tentang kegiatan penyebaran agama
Islam ke wilayah-wilayah lainnya. Tapi sangat sedikit, bahkan mungkin belum
ada, tulisan yang secara khusus memberikan informasi perihal keagamaan Islam
berlangsung di wilayah wilayah penyebarannya. Kita belum dapat memastikan
bagaimana Islam berlangsung di wilayah penyebarannya, mengingat catatan sejarah
yang ada, hampir-hampir tak menyentuh wilayah lain di luar empat kerajaan besar
Islam di Maluku Utara.{2}
Bendera
Gambar 2. Sembilan bendera panji Islam Mamala yang hanya dikibarkan pada saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha |
Bendera atau
panji atau pataka asalnya diadakan dan dikibarkan oleh seorang pemimpin atau
kepala suku sejak awal peradaban purba. Bendera sangat sarat dengan makna.
Keberadaannya menjadi simbol yang merepresentasikan kekuasaan, kedaulatan
sebuah bangsa negara berikut ideologi, kepribadian, tujuan, cita-cita hingga
semangat serta keberlangsungan sebuah peradaban. Lambang bendera tidak bisa
dianggap remeh.{3}
Pada masa
purba, manusia menggunakan bendera atau panji atau pataka sebagai simbol
identifikasi diri dan kelompoknya. Awalnya menggunakan lambang-lambang yang
beragam media, diantaranya adalah tiang galah dan batu yang diukir maupun
senjata.{3}
Pada periode
selanjutnya pada peradaban di Tiongkok dan Persia kuno, bendera atau panji juga
biasa digunakan sebagai penanda pasukan ketika berperang. Di medan pertempuran,
selalu terdapat benda sebagai tanda-tanda yang digunakan dan berfungsi sebagai
bendera. Seperti seorang kepala pasukan yang membawa panji dengan diikatkan
pada seutas tali dengan menunggang kuda.{3}
Bendera
adalah sehelai kain yang memiliki ukuran tertentu serta memakai warna dan
lambang atau lukisan yang mempunyai arti sesuai dengan tujuannya. Selain itu
bendera merupakan simbol kedaulatan, kekuasaan atau hak hukum dari suatu
negara. Meskipun pemakaian bendera sebagai simbol suatu negara atau bangsa
dikaitkan dengan munculnya nasionalisme, pemakaian simbol semacam itu dapat
dilacak keberadaannya jauh ke belakang pada permulaan sejarah. Pemakaian bendera
oleh bangsa-bangsa didunia sekarang ini kemungkinan berasal dari simbol
suku-suku tertentu yang berbentuk burung atau binatang. Simbol-simbol itu
ditempatkan di ujung tongkat yang selalu dibawa dalam peperangan. Diduga
simbol-simbol seperti itu sudah dipergunakan oleh orang-orang Mesir, Yunani,
dan Persia Kuno. {3}
Ada sejumlah
istilah atau nama yang sering dikaitkan dengan bendera, yakni panji-panji,umbul-umbul,
tunggul, dan rontek. Meskipun maksudnya sama, secara kontekstual terkadang
dibedakan. Panji-panji biasanya dipakai untuk menyebut bendera lambang
institusi, partai politik, organisasi sosial kemasyarakatan, atau kesatuan
dalam angkatan perang; bentuknya segi empat; warnanya bermacam-macam disertai
dengan gambar lambang institusi atau organisasi yang bersangkutan. Panji-panji
dalam bahasa Inggris indentik dengan “banner”, sedangkan sebutan atau istilah
bendera secara umum adalah “flag”. Tunggul adalah istilah atau sebutan untuk
bendera yang sesungguhnya sering dijumpai dalam sastra lama dan sekarang sudah
jarang dipergunakan, misalnya bendera pusaka keraton Yogyakarta, Kanjeng Kiyai
Tunggul Wulung. Selain itu, panji-panji sering dipakai untuk menyebut bendara
yang dibawa oleh pasukan di medan perang. Istilah umbul umbul berasal dari
bahasa Jawa untuk menyebut bendera yang bentuknya memanjang mengikuti tiang
tempatnya diikatkan. {3}
Sebagai
simbol kedaulatan dan patriotisme moderen di Abad Pertengahan, serta alat
politik dan propaganda militer, bendera
telah memainkan peran integral dalam pembentukan dinasti dan identitas
agama di dunia Islam. Seperti banyak adat istiadat lain yang dilakukan kaum
muslimin yang diadopsi dan diadaptasi selama penaklukan mereka, ide spanduk berasal
dari yang berevolusi Teritori Romawi dan Persia {Sasanian}, seperti perangkat pensinyalan
yang juga digabungkan dengan tradisi spanduk suku Arab pra-Islam. {4}
Sejarah awal
bendera Islam bisa ditelusuri melalui sumber-sumber literatur. Nabi Muhammad
sering dikaitkan dengan beberapa jenis bendera, seperti sepotong kain putih
dipasang pada tombak, disebut “uqab” (elang), dan bendera hitam disebut “raya”.
Menurut Martin Hinds, yang melakukan studi rinci tentang spanduk Arab digunakan
pada Peperangan Siffin pada 37 H/657 M pada abad ketujuh pertama kali sewaktu konfrontasi di
Siffin antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiya, spanduk tampaknya sudah
menggunakan desain yang bervariasi,
termasuk bulan sabit (hilal), dan tampaknya telah memperhatikan warna tertentu.
Kemudian pencerminan peran komponen kromatik di perbedaan simbol negara, serta
agama atau afiliasi politik dalam dunia
Islam di abad-abad berikutnya. Putih adalah secara tradisional dianggap berasal
dari spanduk Umayyah (memerintah 41–132 H / 661–750 M), hitam dikatakan telah
digunakan untuk Abbasiah ( 132–656 H/ 750–1258 M) bendera (dikenal sebagai
almusawwida), sedangkan Fatimidiah ( 297– 567 H / 909–1171 M) tampaknya telah
mengadopsi warna hijau untuk benderanya. Secara khusus Islam adalah menggunakan
gaya Arab atau prasasti Kufic dalam desain standar selama periode awal Islam, menilai
yang tergambar dalam objek dan lukisan,
meskipun sejauh ini tidak ada bendera
yang diberi tanggal pada pusat Islam di
Mesopotamia dan Mediterania Timur. {4}
Dalam
mempertimbangkan hubungan antara tekstil dan pemerintahan di dunia Islam abad
pertengahan itu, maka bendera mengundang diskusi mendalam tentang konotasi
politik dan simboliknya. Sedangkan idenya bendera negara dan spanduk militer
itu sendiri bersifat universal, desain bendera beberapa dinasti Islam secara
menarik mencerminkan tradisi budaya asli. Bendera menunjukkan variasi gaya dan
signifikansi simbolik dan gambar sebagai sumber sastra yang masih ada. Penelusuran misteri bendera merupakan upaya
menilai kembali karakteristik Bendera Islam pada abad pertengahan, serta
menawarkan jalan alternatif untuk mempelajari seni dan budaya material di Negara
Islam abad ke-14 dan ke-15. {5}
Di negara
dan budaya mana pun, bendera adalah alat visual penting dari politik dan
militer propaganda. Sering digunakan secara simbolis, selembar kain dengan desain
yang sederhana namun cerdik dalam tanda dan skema warna sekaligus membangkitkan
patriotisme dan ideologi negara. Tanda teritorialisasi
ini, bagaimanapun tidak berarti konsep modern. Di zaman kuno dan abad
pertengahan, ketika mayoritas masyarakat masih buta huruf, bendera berfungsi
secara signifikan sebagai simbol
pemerintahan, dan desain serta konotasi ikonografinya dimanfaatkan negara ke
negara. Ide untuk penggunaan tanda khas sangat jelas di peperangan. Spanduk
tidak hanya menyampaikan pesan dan perintah secara sekilas, tetapi juga
menggugah kecakapan militer, seolah-olah hal itu adalah senjata yang ampuh. {5}
Bendera
Panji Islam di Mamala
BenderaBergambar Harimau Champa
Diantara
kesembilan bendera tersebut, bendera harimau Champa dan bendera Latu Liu,
menjadi kunci penyingkapan misteri kesembilan asal bendera tersebut.
Teori
Penyebaran Islam
Lahirnya
beragam teori-teori tentang proses Islamisasi di Indonesia, berangkat dari
munculnya pemikiran para ahli sejarah yang dibangun dalam rangka menjawab tiga
persoalan mendasar. Pertama adalah, kapan tepatnya Islam datang, dan juga masuk
pertama kali ke Indonesia, adakah teori-teori pendukung lainnya. Kedua, adakah
bukti-bukti masuknya Islam ke Indonesia, dan apakah Islam yang datang ke
Indonesia langsung dari Jazirah Arab atau tidak langsung dari Arab, dalam hal
ini melalui Parsi (Iran) dan Gujarat (India). Ketiga, bagaimana proses
Islamisasi di Indonesia dapat barlangsung dengan mudah, sehingga dapat diterima
dengan baik oleh penduduk Indonesia, yang pada waktu itu sudah di kenal sebagai
masyarakat mayoritas memeluk agama Hindu, Budha, dan juga kental dengan kultur
maupun tradisi animisme, dan dinamisme. Selanjutnya, bagaimana pola penyebaran
Islam di Indonesia. Tulisan ini, berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
telah dipaparkan di atas, merujuk dari para pakar sejarah terbagi dalam beragam
kelompok, yang pada gilirannya melahirkan beragam teori-teori proses Islamisasi
di Indonesia. {6}
Teori yang
tergolong lebih awal, karena itu disebut saja teori pertama, ialah teori
Christian Snouck Hurgronje, seorang orientalis terkemuka bangsa Belanda yang
pernah menjabat Penasehat Tentang Urusan-urusan Arab dan Bumi Putra Indonesia.
Teorinya itu dikemukakan dalam tulisannya ‘’De Islam in Nederlandsch- Indie’’,
dalam Groote Godsdienten, Seri II, (Baarn : HolandiaDrukkerij, 1913), halaman
359-392. Teori ini bersumber dari Artikel yang sudah diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia, yang berjudul Islam di Hindia Belanda, (S. Gumawan,1973) {6}
Teori yang
diramu berdasarkan atas sejumlah sumber, seperti tulisan-tulisan pada batu
nisan dan dari beberapa catatan perjalanan, antara lain yang di buat oleh
seorang Vanezia bernama Marcopolo dalam abad ke-13 dan oleh seorang Arab
bernama Ibn Batutah dalam abad ke-14 pada perinsipnya menyatahkan bahwa proses
Islamisasi Indonesia mulai berlangsung kira-kira setengah abad sebelum kota
Bagdad ditaklukkan oleh raja Mongol Hulagu pada tahun 1258 M. teori ini
selanjutnya menegaskan bahwa tidak ada kekuasaan Negara yang campur tangan
dalam proses tersebut. Pengislaman atas masyarakat pantai di pulau-pulau
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau kecil lainnya, semata-mata
adalah usaha saudagar-saudagar muslim dan dari negara-negara di India. Mereka ini merupakan pedagang-pedagang tradisional
yang sejak sebelum kedatangan agama Islam telah menjalin hubungan perdagangan
dari India ke pulau-pulau Nusantara. Orang-orang India yang telah muslim itu
kemudian turut mengambil bagian dalam kehidupan penduduk Nusantara. Dengan teori
ini Snouck seakan-akan hendak menyatakan bahwa Islam yang masuk ke Indonesia
adalah Islam yang sudah mengalami persentuhan dengan agama Hindu, sehingga
memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan agama Hindu/ Budha yang ada di Indonesia.
{6}
Pada abad
kedelapan, kehadiran Arab muncul dalam
bentuk tentara Muslim yang menaklukkan Sind. Antara 711 dan 725 M, bagian dari Sind,
Punjab barat, Rajasthan dan Gujarat diduduki oleh Irak {Dinasti Abasyiah}
-Tentara Arab yang ekspansinya dibatasi oleh raja-raja Deccan dan Dataran
gangetic. Di jantung peradaban Indus kuno
ini, di Punjab timur, periode Islamnya India telah dimulai saat itu bukan di abad ke-12 M Kemajuan dari Sind ke Gujarat dan sekitarnya Semenanjung
Kathiawar, tempat berdirinya kesultanan kecil. Ini segera memisahkan diri dari
Baghdad, dan para sultan hidup damai dengan penguasa lain di Sind dan Punjab barat. Pada saat ini,
penetrasi Islam terjadi di anak benua ini {7}
Dalam
lingkup kendalinya di India barat, hegemoni Arab-Islam diperintah dari Baghdad
oleh khalifah Abbasiyah sampai akhir abad kesembilan, ketika garnisun Arab di
India dan di tempat lain melepaskan kendali khalifah dan mulai memerintah
sebagai sultan independen. Sebagian besar komunitas Muslim diizinkan untuk mengatur diri mereka sendiri
di bawah pimpinan mereka sendiri selama upeti dibayarkan. {7}
Teori
pendukung tentang Masuknya Islam ke Indonesia.
Masuknya
agama dan kebudayaan Islam terjadi seiring perkembangan hubungan perdagangan antara Indonesia dengan negara
India, Persia, dan Arab pada abad ke-7 sampai dengan abad ke-15 Masehi ( Samsul
Farid, 2013). Mengenai siapa pembawa Islam kewilayah Nusantara, terdapat
beberapa teori berikut: {8}
a. Teori
Gujarat ( India)
Teori ini
menyatakan bahwa masuknya Islam ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Gujarat.
Tokoh yang mendukung teori ini adalah ilmuan-ilmuan Belanda seperti : Pijnappel
dan Moquette. Kedua ilmuan ini berpendapat bahwa yang membawa agama Islam ke
Indonesia adalah orang Arab yang telah lama di wilayah tersebut. Ilmuan Belanda
lainnya, yaitu Snouck Hurgronje, mengungkapkan bahwa dibanding dengan orang-orang
Arab, hubungan dagang Indonesia dengan orang Gujarat telah berlangsung lebih
awal. Menurut G.W.J. Drewes, mazhab yang dianut oleh orang-orang Islam di
Indonesia dan di Gujarat memiliki kesamaan yaitu Mazhab Syafi’i. Maquette mempertegas
teori ini dengan hasil penelitiannya terhadap temuan batu nisan di kedua
wilayah Indonesia dan Gujarat. Ia berpendapat bahwa ada persamaan antara batu
nisan di Pasai dengan batu nisan Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik dengan
batu nisan yang berada di Cambay, Gujarat.
{8}
b. Teori
Benggali (Bangladesh)
Teori ini
dikemukakan oleh S.Q. Fatimi. Teori ini mengatakan bahwa Islam yang datang ke
Nusantara berasal dari Benggali. Teori ini didasarkan tokoh-tokoh terkemuka di
Pasai adalah orang-orang keturunan dari Benggali. Selain itu, ia juga mengemukakan
bahwa batu nisan Malik al-Saleh memiliki banyak persamaan dengan batu nisan di
Benggali. {8}
c. Teori
Persia
Pendukung
teori Persia ini adalah P.A. Husein Jayadiningrat dan M. Dahlan Mansur. Menurut
teori Persia, Islam masuk ke Indonesia
dibawa oleh orang-orang Persia. Dasar dari teori Persia ini adanya perkumpulan
orang-orang Persia di Aceh sejak abad ke-15. Pada saat itu pemakaian gelar Syah
yang biasa digunakan di Persia, juga pernah digunakan raja-raja. Selain itu,
terdapat persamaan budaya antara masyarakat Indonesia dengan Persia. Contohnya,
peringatan hari Asyura pada tanggal 10 Muharram atas wafatnya cucu Nabi Muhammad,
Hasan dan Husen. {8}
d. Teori
Pantai Coromandel (India)
Teori ini
dikemukakan oleh Thomas W. Arnold dan Morrison. Menurut teori ini, Islam datang
ke Indonesia melalui Coromandel dan Malabar (India). Dasar teori ini ketidak mungkinan
Gujarat menjadi sumber penyebar Islam ketika itu. Alasannya, Gujarat belum
menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan antara wilayah Timur Tengah dengan
wilayah Nusantara. {9} {8}
e. Teori
Arab
Teori ini
menyatakan bahwa Islam di Indonesia, datang dari sumbernya langsung, yaitu
bangsa Arab. Teori ini didukung oleh Naquib al-Attas, Buya Hamka, Keyzer,
M.Yunus Jamil, dan Crawfurd. Dasar teori ini adalah keterangan yang menyatakan
bahwa pada abad ke-7, orang-orang Islam Arab telah ada di pantai Barat Sumatra.
Selain itu, ada persamaan Mazhab yang dianut bangsa Arab dengan Indonesia. Juga
digunakannya gelar al-Malik pada raja-raja Samudra Pasai, sesuai dengan
nama-nama Sultan di Mesir Teori pertama tentang datangnya Islam di Nusantara
menyatakan bahwa Islam dibawa ke Nusantara oleh para pedagang yang berasal dari
Arab/Timur Tengah. Teori ini dikenal sebagai teori Arab, dan dipegang oleh
Crawfurd, Niemann, de Holander. Bahkan Fazlur Rahman juga mengikuti mazhab ini
(Rahman: 1968). Kedua adalah teori India. Teori ini menyatakan bahwa Islam yang
datang ke Nusantara berasal dari India. Pelopor mazhab ini adalah Pijnapel yang
kemudian diteliti lebih lanjut oleh Snouck, Fatimi, Vlekke, Gonda, dan Schrieke
(Drewes: 1985; Azra: 1999). {8}
Bukti -
bukti Masuknya Islam ke Indonesia
Untuk
mengetahui kapan Islam masuk ke Indonesia, kita dapat menelusurinya melalui
bukti-bukti yang ada (S. Farid, 2013). Bukti-bukti tersebut antara lain seperti
berikut ini.
1. Di
Sumatra
Berita Cina
zaman Tang tentang adanya masyarakat muslim di daerah Kerajaan Sriwijaya sejak
abad ke-7 Masehi. Berita Marcopolo yang singgah di Perlak, sebuah kota muslim
di Aceh pada tahun 1292 M.Berita Tome Pires (1512-1515) dalam tulisannya Summa
Oriental-nya menuliskan bahwa di bagian pesisir Sumatra Utara dan Timur, yaitu mulai
dari Aceh sampai Palembang sudah banyak masyarakat dan kerajaan-kerajaan Islam.
Berita dari Ibnu Batutah, yang menyatakan bahwa ia mengunjungi kerajaan Islam
Samudra Pasai pada tahun 1345. {8}
2. Di Jawa
Batu nisan
Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 475 H (1085 M). Makam
Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang berangka tahun 1419 M. Nisan kubur
situs Troloyo dan Troulan, di Jawa Timur, Nisan ini menunjukkan makam
orang-orang muslim dengan tarikhnya menggunakan tahun Saka, bukan tahun
Hijriah. Pada nisan pertama yang ditemukan di Troulan, tarikhnya menunjukkan
tahun 1290 Saka (1368 M), sefangkan di Troloyo tarikhnya berkisar antara
1298-1533 Saka (1376-1611). Hal yang sangat menarik adalah pada nisan ditemukan
pula lambang Surya Majapahit sebagai lambang Kerajaan Majapahit. Berita
Ma-Huan. pada tahun 1413-15 M, ia pernah melakukan pelayaran untuk mengunjungi
pesisir Jawa. Dalam bukunya yang berjudul Ying-yai Sheng-Lan ( Peninjauan Umum
tentang Pantai-pantai Samudra) diceritakan keberadaan orang-orang muslim di
Gresik. Keberdaan mereka telah membuktikan bahwa di wilayah Majapahit, baik di
daerah pesisir maupun di pusat kerajaan telah terjadi Islamisasi. Berita Tome
Pires (1512-1515) menyebutkan bahwa selain masih adanya kerajaan Hindu-Budha,
sudah ada pula kerajaan bercorak Islam di Demak dan daerah-daerah lainnya di
pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, sampai Jawa Barat. {8}
3. Di
Kalimantan
Hikayat
Banjar, memberikan informasi mengenai masuknya Islam di Kalimantan Selatan.
Menceritakan bahwa telah terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Nagara Daha
(Kalimantan Selatan) antara Pangeran Samudra dengan Pangeran Tumenggung.
Pangeran Samudra meminta bantuan Demak dengan syarat ia dan rakyatnya kelak
akan masuk Islam. Peristiwa ini terjadi kira-kira pada tahun 1550. Hikayat
Kutai, memberikan informasi masuknya Islam di Kalimantan Timur. Dalam hikayat
ini disebutkan bahwa telah datang dua orang muslim bernama Tuan di Bandang dan
Tunggang Pangarang. Mereka datang ka Kutai untuk memperkenalkan Islam kepada
Raja Mahkota setelah sebelumnya mereka mengislamkan Makassar. Raja Mahkota masuk
Islam setelah merasa kalah dalam beradu kesaktian. Islamisasi ini diperkirakan
terjadi pada tahun 1575 M. {8}
4. Di Maluku
Tome Pires
dan Antonio Galvao mengabarkan bahwa antara tahun 1460-1465, Islam telah masuk
ke Maluku. Di antara berbagai macam referensi yang muncul dari Sumber Portugis
dan Spanyol di Kepulauan Maluku, yang berfokus
pada aspek agama di masa lalu yang terlalu jauh untuk dilacak dengan jelas
dalam memori kolektif, di mana hanya terdapat referensi terbatas yang bisa ditemukan,
terutama di antara penulis yang tidak dapat mengakses sumber-sumber Iberia. Konversi
awal orang Maluku ke Islam terjadi pada abad ke-15, pada kitaran tahun 1460-an atau
70-an, sekitar tujuh puluh tahun sebelum penyebaran agama Kristen pertama
terjadi, sebagai akan dibahas di bawah. Dari tahun 1546 hingga 1684, para
Yesuit telah memimpin misi yang diciptakan oleh St. Francis Javier di Maluku
Utara. Hubert Jacobs menganggap misi ini sebagai semacam 'pembatasan Islam'.
Luís Filipe Thomaz juga menyebut Maluku sebagai 'Islam Timur Jauh (Fimsterra)'.
Pada saat itu Portugis tiba di wilayah itu, pada tahun 1512, pada awal Abad
ke-16, merupakan ujung jalur perdagangan rempah-rempah di Indonesia dan,juga
menjadi tujuan ujung timur dari jaringan perdagangan Muslim.{10} Ternate
mendahului Kepulauan Banda - tempat
dewan perwakilan tatua diberdayakan oleh
beberapa komunitas penduduk desa, sekitar tahun 1485, setidaknya menurut
kesaksian dari Tomé Pires - dan Hitu, di pulau Ambon, di mana sebuah 'dewan
empat' (empat perdana, lit. 'empat orang utama'), sudah ada Muslim di awal abad
ke-16. Ternate juga mendahului Gresik, kota pelabuhan pertama di Jawa yang
Patih atau perdana menterinya telah masuk Islam. Fakta ini harus digarisbawahi,
mengingat lokasi Pulau Ternate di kelompok Maluku Utara, terdapat dua musim dibandingkan kelompok Tengah, jadi dalam istilah berlayar
pulang-pergi dari pusat-pusat Islam di Sumatera dan Semenanjung Malaya,
sedangkan Hitu, Banda-Neira dan Gresik terletak di rute yang hampir langsung
dapat diakses oleh kapal yang datang dari Selat Melaka. {9}
5. Di
Sulawesi
Tome Pires,
memberikan informasi tentang keberadaan Islam di Sulawesi. Menurut
kesaksiannya, pada awal abad ke-16 di Sulawesi banyak sekali kerajaan, yaitu
seperti Gowa- Tallo, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Di daerah Gowa pada abad ke-16,
telah terdapat masyarakat Muslim dan orang-orang Portugis. Hikayat Kutai,
memberikan informasi masuknya Islam di Makassar oleh Tuan di Bandang sekitar
tahun 1575. {8}
Pola
Penyebaran Islam di Indonesia
Islam,
dikenal sebagai suatu agama mayoritas dianut penduduk di Indonesia, memiliki
beragam pola-pola penyebarannya, di antaranya lewat jalur-jalur sebagai
berikut:
1.
Perdagangan.
Saluran
perdagangan merupakan tahap yang paling awal dalam proses Islamisasi. Tahap ini
diperkirakan pada abad ke-7 M yang melibatkan pedagang Arab, Persia, dan India.
Proses ini sangat menguntungkan, sebab bisa dilaksanakan pada saat mereka berdagang.
Dalam agam Islam, semua orang Islam adalah penyampai ajaran Islam. Pada saluran
ini hampir semua kelompok masyarakat terlibat mulai dari raja, birokrat,
bangsawan, masyarakat kaya, sampai masyarakat bawah. Proses dipercepat dengan
mulai runtuhnya kerajaan- kerajaan bercorak Hindu-Budha.
2.
Perkawinan.
Tahap ini
merupakan kelanjutan dari tahap yang pertama. Para pedagang lama kelamaan mulai
menetap, baik untuk sementara maupun permanen. Lambat laun para pedagang ini
membentuk perkampungan-perkampungan yang dikenal dengan nama Pekojan. Pada
tahap selanjutnya para pedagang ini ada yang mulai membentuk keluarga dengan
cara menikahi para penduduk lokal, misalnya antara Raden Rahmat (Sunan Ampel)
dengan Nyai Manila. Namun proses ini tidak begitu mudah, mengingat perkawinan
dengan orang penganut berhala dianggap kurang sah, karena itu wanita tersebut
harus masuk Islam terlebih dahulu. Hal ini dapat dijalankan dengan sederhana,
karena tidak memerlukan upacara. Cukup dengan mengucapkan kalimat Syahadat. Adanya
proses ini menyebabkan penyebaran agama Islam berjalan lancar karena keluarga
hasil perkawinan akan membentuk keluarga muslim. Selain itu, tidak mustahil
dari pihak keluarga kedua mempelai timbul ketertarikkan untuk masuk agama
Islam. Dalam beberapa babad diceritakan adanya proses ini, misalnya Maulana
Ishak menikahi Putri Blambangan dan melahirkan Sunan Giri. Dalam Babad Cirebon diceritakan
perkawinan antara Putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati, Babad Tuban
menceritakan tentang perkawinan antara Raden Ayu Teja, Putri Adipati Tuban dengan
Syekh Ngabdurahman.
3.
Pendidikan
Para ulama,
kyai, dan guru agama sangat berperan penting dalam penyebaran agama dan
kebudayaan Islam. Para tokoh Islam ini menyelenggarakan pendidikan melalui
pondok pesantren bagi para santri-santrinya. Dari para santri inilah nantinya
Islam akan disosialisasikan ditengah-tengah masyarakat.
4. Tasawuf.
Tasawuf
merupakan ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga
memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan Allah SWT. dan memperoleh
ridha-Nya. Saluran tasawuf termasuk yang berperan membentuk kehidupan sosial
bangsa Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena sifat taswuf yang memberikan kemudahan
dalam pengkajian ajarannya karena disesuaikan dengan alam pikiran
masyarakatnya. Bukti-bukti mengenai hal ini dapat kita ketahui dari Sejarah
Banten, Babad, Tanah Jawi, dan Hikayat Raja-raja Pasai. Tasawuf masuk ke
Indonesia pada abad ke-13 M dan mazhab yang paling berpengaruh adalah Mazhab
Syafi’i.
5. Politik
Kekuasaan
raja memiliki peranan sangat besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja
memeluk agama Islam, maka secara tidak langsung biasanya rakyat mengikuti jejak
rajanya. Dengan demikian, setelah agama Islam mulai tumbuh di masyarakat, kepentingan
politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan
penyebaran agama. Contohnya, Sultan Demak mengirimkan pasukannya di bawah
Fatahillah untuk menduduki wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk
menyebarkan agama Islam.
6. Seni dan
Budaya
Islamisasi
melalui bidang seni budaya dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti, seni
bangunan, seni pahat, atau ukir, tari, musik, dan sastra. Saluran seni yang
paling terkenal adalah pertunjukkan wayang dan musik. Sunan Kalijaga merupakan
salah satu wali yang aktif menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana wayang.
Sementara untuk musik, banyak dilakukan oleh Sunan Bonang. Karya Sunan Bonang
yang paling populer adalah Tombo Ati, hingga hari ini masih dinyanyikan orang.
Cengkih dan
Jalur Sutra
Pengaruh "WaliSongo"
di Indonesia terhadap Muslim Champa (Sunni)
Jejak
Populasi Masyarakat Ambon Menurut Jansen
Pembahasan
Di antara
kesembilan bendera ini, hanya bendera Harimau Champa dan bendera Latu Liu yang dibahas sebelumnya. Sekalipun
demikian, dilihat dari simbol dan unsur-unsur yang ada pada bendera,
membuktikan bahwa Sembilan bendera yang ada, merupakan kelompok bendera yang
berasal dari satu tempat, sekalipun kedatangannya secara periodik. Kesembilan
bendera ini adalah bendera kerajaan Champa di Vietnam, yang bermigrasi dan
menjadi para leluhur Mamala.
Bagian
paling atas dari bendera Latu Liu mengandung tulisan beraksara Champa. Hal ini
membuktikan kaitan antara asal dan usia bendera. Sebagai benda arkeologi,
keberadaan bendera ini sudah mengisyaratkan untaian literasi sejarah yang panjang dan sulit untuk dibantah. Penyebutan
Latu Liu sebagai nama bendera, berkaitan dengan tingkat kharisma yang tinggi
dari tokoh leluhur Mamala yang membawa bendera ini. Sebutan Latu Liu merupakan
bahasa tanah, yang berarti “Raja Di Raja” atau “Raja dari semua raja”.
Referensi penting untuk menguraikan awal jalinan narasi yang dapat
dipertanggung-jawabkan, dalam konteks ini adalah buku Hikayat Tanah Hitu
[S.Rijali], yang menyebut latar belakang kedatangan Jamilu ke Tanah Hitu,
diawali dari upaya menghindari pertumpahan darah sesama bangsawan untuk
pengangkatan raja di Jailolo yang sudah lama kosong. Jamilu yang didukung oleh
Ternate [Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah], memilih untuk menghindari
pertumpahan darah dan memutuskan untuk hijrah bersama semua keluarganya ke luar
Jailolo. Dalam perjalan menuju Tanah Hitu dua adiknya di Lisabata yakni Ulima
Sitaniya [Pati Rumaray] dan Sallat di Waiputih.
Dalam
Hikayat Tanah Hitu [HTH], Jamilu disebut sebagai anak raja dari Jawa. Sementara
dari sumber yang sama menceritakan, bahwa Jamilu menemui ayahnya
Mihirsihul yang berumur 90 tahun di
Tanah Hitu. Dalam sumber ini tidak disebutkan mana yang lebih dahulu singgah di
Tanah Hitu. Kalau melihat kerangka HTH, keberadaan Jamilu disebut sebagai
Perdana ketiga karena dia orang ketiga di Tanah Hitu. Dalam konteks ini, kata
perdana diterjemahkan sebagai “orang yang mula-mula datang”. Jadi kalau mengikuti HTH maka Mihirsihul
diartikan datang menyusul Jamilu. Dalam hal ini, seolah-olah Mihirsihul paling
sayang pada Jamilu, sehingga harus datang menyusul Jamilu, tetapi cerita Jamilu
menemui Mihirsihul terdapat pada bagian
awal HTH.
Kalau
dianggap Mihirsihul datang lebih dahulu, sebenarnya mendukung uraian HTH yang
menempatkannya pada bagian awal cerita. Tetapi hal ini akan mematahkan
penyebutan perdana sebagai “orang yang pertama kali datang”. Sekaligus menjelaskan begitu besar motivasi
dan upaya Jamilu sehingga harus menemui orang tuanya yang lebih dahulu berada
di Tanah Hitu.
Penelitian
arkeologi Islam di Maluku, adalah ranah penelitian yang memiliki beragam ruang
lingkup dan cakupan studi, karena memiliki dimensi besar, termasuk
sosial,ekonomi, politik, selain tentu saja, agama dan ideologi. Namun
cakupannya luas dari perspektif horizontal, belum diimbangi oleh budidaya
penelitian yang mendalam (vertikal), demikian studi arkeologi Islam, masih
berupa potongan-potongan mosaik hasil
penelitian. Penelitian implementasi sudah berjalan, pekerjaan terbatas baru
pada masalah di tingkat permukaan, sehingga berbagai hasil kesimpulan tentang
peradaban Islam di Maluku, sementara ini baru menunjukkan penampilan umum
Islam. Interpretasi dan kesimpulan yang telah dihasilkan, lebih bersandar pada
data dari disiplin dukungan lintas-batas, yang, bagaimanapun, adalah kekuatan
dari pendekatan ini arkeologi sejarah. Dari penelitian arkeologi Islam yang
telah dilakukan, lintas disiplin ilmu pendekatan ke ilmu sejarah dan etnografi,
yang paling umum, sementara pendekatan arkeologis itu sendiri sangat deskriptif
dan belum pernah digunakan arkeologi perangkat keras, misalnya, memanfaatkan
data penggalian dan komunitas penanggalan absolut untuk memastikan bahwa ketika
memeluk Islam di Maluku. Dalam beberapa tahun, meski masih berkeping-keping,
tetapi tampaknya upaya penelitian arkeologi Islam untuk menjangkau banyak
dimensi Data arkeologis Islam, seperti yang terkait dengan tema Islamisasi dan
perdagangan, perluasan Islam dalam konteks politik dan budaya dan dinamika
hubungan Islam dan budaya lokal Maluku, serta perkembangan internal Islam itu sendiri
dari awal hingga kehadiran bersentuhan dengan kolonialisme.
Dilihat dari sejarah, perkembangan orang Indonesia berasal
dart kepulauan-kepulauan India yang membawa pola negara/ pemerintahan,
pelayaran, perdagangan. Menurut pendekatan Sejarah mungkin hal ini sulit dibuktikan,
tetapi hal ini dapat diasumsikan bahwa kepulauan Indonesia dapat ditemukan oleh
pedagang dari India. {10}
Singkatnya,
peradaban India membuat penaklukan menyeluruh tanah ini dan India baru
didirikan di tempat yang jauh dari wilayahnya. Pendudukan oleh India bahkan
mencoba untuk menyelesaikan transformasi dengan mengimpor nama tempat terkenal
mereka dari tanah airnya menjadi nama
pada tempat baru mereka, dan dengan demikian bisa menemukan kota-kota baru dan
negara-negara bernama Ayodhya, Kausambi, Sriksetra, Dvaravati, Mathura, Champa,
Kalinga, Kamboja dan Gandhara bermunculan hingga ratusan mil jauhnya dari nama
mereka. {11}
Teori yang
diramu berdasarkan atas sejumlah sumber, seperti tulisan-tulisan pada batu
nisan dan dari beberapa catatan perjalanan, antara lain yang di buat oleh
seorang Vanezia bernama Marcopolo dalam abad ke-13 dan oleh seorang Arab
bernama Ibn Batutah dalam abad ke-14 pada perinsipnya menyatahkan bahwa proses
Islamisasi Indonesia mulai berlangsung kira-kira setengah abad sebelum kota
Bagdad ditaklukkan oleh raja Mongol Hulagu pada tahun 1258 M. teori ini
selanjutnya menegaskan bahwa tidak ada kekuasaan Negara yang campur tangan
dalam proses tersebut. Pengislaman atas masyarakat pantai di pulau-pulau
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau kecil lainnya, semata-mata
adalah usaha saudagar-saudagar muslim dan dari negara-negara di India. Mereka ini merupakan pedagang-pedagang tradisional
yang sejak sebelum kedatangan agama Islam telah menjalin hubungan perdagangan
dari India ke pulau-pulau Nusantara. Orang-orang India yang telah muslim itu
kemudian turut mengambil bagian dalam kehidupan penduduk Nusantara. Dengan teori
ini Snouck seakan-akan hendak menyatakan bahwa Islam yang masuk ke Indonesia
adalah Islam yang sudah mengalami persentuhan dengan agama Hindu, sehingga
memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan agama Hindu/ Budha yang ada di Indonesia. {6}
Kerajaan
Islam Champa punah tahun 1471 setelah Vijaya dikuasai. Mungkinkah, setelah
runtuhnya Champa pada tahun 1471, sebagian perdagangan Muslim di pundaknya
antara Brunei dan Champa telah beristirahat, berangkat ke Brunei dengan
demikian memperkuat Komunitas Muslim di tempat itu? {12}
{13}
Citra diri
Cham ini diautentikasi dalam kumpulan cerita abad kesembilan beredar di
Baghdad, disusun dalam Kitab al-Aghani oleh Persia sarjana Abu al-Faraj
(897–967), yang menggambarkan pemujaan Buddha di Dong Duong ca. 875: ‘‘ Orang
India memiliki, di kota Champa, kuil yang berbeda dari atas, . . . candi ini
kuno dan. . . semua Buddha ditemukan di sana masuk ke dalam percakapan dengan
umat beriman dan membalas semua permintaan yang dibuat mereka '(Ferrand: 1913,
123; Hardy: 2009, 109) {14}
Pemerintah
Cham memiliki alasan kuat untuk menyatakan diri mereka sebagai penerus Funan di
dunia internasional. Orang Melayu-Austrone-sian ini, secara etnis, bahasa, dan
budaya terkait dengan maritim wilayah di selatan dan timur mereka, berkembang
menjadi serangkaian peradaban India dari abad kedua hingga keenam belas M.
Referensi Cina paling awal di negara bagian Cham tanggal 190–193 M. Kemudian
dan kemudian, dalam catatan Cina muncul sebagai negara bagian Linyi, tetapi
epigrafi kemudian negara sendiri menjadi dikenal sebagai Champa, setelah Champa
di wilayah timur laut India yang menjadi tempat perdagangan dan kontak dengan
budaya Chams, untuk alasan itulah orang-orang itu dikenal sebagai Chams
(Vickery: 1998, 48–51, 64–69; Orang: 2009, 128–29). {14}
Kesembilan bendera panji Islam Mamala berkaitan dengan
kedatangan leluhur bernama Mihirsihul {ayah Jamilu} dari Jailolo. Adanya simbol
simbol kerajaan Champa dan historigrafi runtuhnya kerajaan Champa sekitar tahun
1471 dan Jailolo sebagai Bandar akhir terminal jalur sutra, dan hilang dan
berhentinya para pelaku perdagangan perantara yang dilakukan orang Champa sejak
keruntuhan kerajaan Champa yang merupakan dinasti Arab-India. Diperkirakan
telah migrasi ke seluruh nusantara termasuk kawasan Maluku {khususnya Maluju
Tengah}
Menurut Van Leur dalam buku "Indonesia Trade and
Society",migrasi ke Indonesia sangat beragam. Pertama adalah kolonialisasi
oleh kelompok-kelompok yang lebih besar. Imigran-imigran dari daerah-daerah
lain yang menduduki daerah lain. Perdagangan dapat memainkan suatu peran yang dominan
seperti migrasi, tetapi perdagangan berlangsung tanpa merusak dominasi kelompok
yang sudah ada sebelumnya. Hukum keluarga, hukum tanah terus menggunakan unsur
baru yang dibawanya tanpa adanya perlawanan. Sehingga masuknya imigran ini
melalui proses asimilasi. {10}
Tipe kedua adalah tipe migrasi individual. Perkampungan pedagang-pedagang
asing di atas adalah berhubungan dengan tipe ini. Orang-orang asing membentuk
koloni atau tempat tinggal, kampung-kampung yang mempunyai bentuk administrasi
dan kekuasaan hukum mereka sendiri dan mempunyai teritorial secara khusus. {10}
Letak geografis Indonesia yang di.dukung oleh iklim tropis telah
memungkinkan datangnya para pedagang dari Eropa dan Tiongkok. Setiap setengah
tahun angin berobah arahnya 180 derajat sehingga mempermudah pelayaran dalam perjalanan
ke Indonesia dan kembali ke negaranya.{56} {10}
Pelabuhan terbesar yang dapat. digunakan untuk berlabuh dan
pusat perdagangan adalah pulau Makian, di wilayah kekuasaan Bacan. Di pelabuhan
Makian inilah orang-orang Cina membeli cengkeh untuk pertama kali dalam jumlah
besar, uang yang digunakan sebagai alat tukar di kepulauan Maluku adalah
"fang" mata uang Cina. {10}
Secara khusus jalur perdagangan antara Asia dengan Eropa disebut
dengan jalur sutra dalam bahasa Inggrisnya biasa dinamakan silk roads. Silk
road: adalah nama puitis yang diberikan kepada jalur perdagangan yang
terbentang dari timur ke barat sejak dahulu kala. Sutra memang menjadi komoditi
terpenting dari timur yang memacu para pedagang Eropa untuk mencarinya. Selain
sutra tentu ada komoditi lain yang merupakan obsesi dari negara Eropa seperti
rempah-rempah, keramik, batu permata dan lain sebagainya. Sehingga sering juga
jalur tersebut dinamakan jalur rempah-rempah (spice route). Namun yang lebih
utama lagi bahwa disepanjang jalur ini telah terjadi pertukaran berbagai produk
budaya yang bersifat "halus" yaitu baik yang bersifat tidak dapat
dipegang seperti wacana lisan, musik, tari-tarian dan berbagai jenis pertunjukkan
dan adat kebiasaan maupun yang bersifat sama sekali tidak kasat mata seperti
berbagai macam gagasan, nilai, kaidah-kaidah, mitos, legenda dan berbagai macam
kandungan sastra. Oleh sebab itulah gurun yang melintasi lautan, gurun pasir
dan padang steppe mernpakan pula jalur pertemuan dan dialog yang sangat
mempengaruhi proses saling membuahi antara kebudayaan satu dengan kebudayaan
lain sepanjang jalur tersebut.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa Ternate merupakan pangkalan
penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar bangsa. Lokasinya merupakan
jalur yang menghubungkan antara Jawa dan Sulawesi telah tercipta suatu
peninggalan peninggalan purbakala, kesenian yang merupakan bukti tentang
masuknya aneka ragam kebudayaan dari berbagai penjuru dunia seperti Arab,
India, Cina dan Eropa.
Kerajaan
Islam Champa punah tahun 1471 setelah Vijaya dikuasai. Mungkinkah, setelah
runtuhnya Champa pada tahun 1471, sebagian perdagangan Muslim di pundaknya
antara Brunei dan Champa telah beristirahat, berangkat ke Brunei dengan
demikian memperkuatKomunitas Muslim di tempat itu? {12} {{15}
Setelah itu, Selat Malaka menjadi salah satu trayek yang
paling menentukan dalam sistem perdagangan internasional yang membentang dari
Cina dan Maluku di timur sampai Afrika Timur dan Laut Tengah di barat. Sistem
perdagangan Indonesia melalui Malaka dihubungkan dengan jalur-jalur yang membentang
ke barat sampai India, Persia, Arabia, Syria, Afrika Timur, Laut Tengah, ke
utara sampai Siam, Pegu serta ke timur sampai Cina dan Jepang. Ini merupakan
sistem perdagangan terbesar di dunia pada masa itu. Dua pelabuhan terpenting perdagangan
abad ini adalah Gujarat di India barat laut dan Malaka. Rempah-rempah dari
Maluku merupakan salah satu hasil yang paling berharga di dalam sistem ini,
selain tekstil dari India dan beras dari Jawa. Malaka menjadi pusat perdagangan
sedang pelabuhan-pelabuhan di Sumatera sebagai tempat ekspor merica (Riclefs,
1990, hal. 28). Malaka menjadi pusat transit perdagangan pala, cengkeh, bunga
pala dari Maluku ke india yang sebelumnya route itu dari Maluku ke Jawa Timur
baru ke India. Sekarang kapal-kapal yang meninggalkan Jawa Timur harus singgah
ke Malaka baru melanjutkan perjalanan ke India (DGE. Hall, 1988, hal. 191).
Pelabuhan terbesar yang dapat. digunakan untuk berlabuh dan
pusat perdagangan adalah pulau Makian, di wilayah kekuasaan Bacan. Di pelabuhan
Makian inilah orang-orang Cina membeli cengkeh untuk pertama kali dalam jumlah
besar, uang yang digunakan sebagai alat tukar di kepulauan Maluku adalah
"fang" mata uang Cina.
Orang-orang Cina menurut Galvao dianggap sebagai orang
pertama yang mengadakan perdagangan di Maluku. Orang Cina berdagang ke Maluku
melalui route jalur pelayaran utara yakni melalui Kalimantan. Pelayaran ini
selain membawa pengaruh terhadap jalur-jalur perdagangan juga telah mempengaruhi
bahasa-bahasa yang dipakai di daerah Bacan dan sekitamya. Orang-orang Cina
sebelum sampai di Bacan telah sampai di Makyan, sehingga banyak membawa
pedagangpedagang dari Malaka dan membawa pengaruh terhadap perkembangan
linguistik. Di daerah Bacan dan sekitarnya bahasa yang digunakan adalah bahasa
Melayu. Bahasa Melayu di kepulauan Maluku hampir sama dengan bahasa Melayu di Kalimantan
bagian utara (E.K.M. Masinambow, tahun 1996, hal 3-4).
Perdagangan transkontinental yang membentang di Asia Tengah
dan menghubungkan Chang-an (Ibukota Cina sejak abad ke 7 hingga ke 13)
melintasi stepe-stepe dan gurun-gurun, wilayah-wilayah Parsi, selatan laut
Kaspia, Mesopotamia, hingga Laut Tengah. F\mgsi utama perdagangan laut darat adalah
untuk menyalurkan produk-produk dari timur ke barat melalui laut tengah. Alat
transportasi utama adalah rombongan unta (karavan) dalam jumlah yang sangat
besar sampai di wilayah Samudra Hindia.
Wilayah yang penting adalah Trans Oxiana yang dialiri sungai
Amu Darya dan Syr Darya yang bermuara di laut Aral. Selain pengaruh Islam dari
Bagdad kemudian budaya Islam dan Parsi juga memasuki wilayah kota-kota
Samarkand dan Bukara dan berubah menjadi pusat peradaban Islam Parsi. Sejak
abad ke 13 berkaitan dengan ekspansi Mongol hingga membentuk suatu Emporium
Mongol yang membentang dari Cina hingga Mesopotamia dan bertahan hingga abad ke
15. Pada masa emporium Mongol Chengiz Khan berhasil menguasai wilayah Trans
Oxiana dan membangun ibukotanya di Samarkhand dan mengunakan gelar "Khan
Akbar" (Great Khan). Dinasti Timur bertahan di wilayah itu hingga awal
abad ke 15 dimana wilayah tersebut dimasuki kelompok-kelompok sosial yang menamakan
dirinya Uzbek.
Amir Timur melancarkan serangkaian peperangan untuk memulihkan
kembali kekuasaan Chingiz Khan dari abad ke 13. Ke barat pasukan-pasukan
berkuda yang dipimpin Amir Timur berhasil menduduki Persia (1380) kemudian ke
Azerbaijan, Baghdad, Damaskus, Angora (Angkara) dan Georgia diperbatasan Barat
Rusia. Ke timur pada tahun 1389 Amir Timur berhasil menaklukkan kerajaan Delhi,
kerajaan Islam di India yang juga dibentuk oleh bangsa Mongol. Trans Oxiana
merupakan wilayah yang menjadi kunci utama dalam kelancaran perdagangan jalur
sutra di Asia Tengah.
Keturunan Amir Timur, Zahir al-Din Muhammad Babar (Padshah
Ghazi) kalah dalam suksesi dan melarikan
diri ke Afganistan dan berhasil membangun kerajaan Islam di India dalam periode
abad ke 16 yaitu kerajaan Moghul yang bertahan hingga abad ke 18. Selain jalur
darat seperti yang disebutkan di atas, jalur yang lebih penting lagi dalam penyebaran
Islam melalui jalur laut. Sejak kalifah Bani Abasiah mengalami kemundur:an pada
abad 10 pola perdagangan dari Timur Tengah ke Asia Timur mengalami perubahan
yang fundamental. Sejak itu pelabuhan yang menyediakan segala macam fasilitas
bagi kaum pedagang dan pelaut.
Jalur perdagangan dan pelaut dari Timur Tengah berlayar
hingga Surat di pesisir Malabar di India dan para pedagang dari Timur bertemu
di Surat. Persebaran Islam ke timur juga memanfaatkan jaringan emporium. Majapahit
dalam abad ke 14 dapat dilihat sebagai sebuah emporium yang menghubungkan Asia
Tenggara dan India. Dalam abad ke 15 posisi Majapahit digantikan oleh Maluku,
kemudian Banten yang muncul pada sekitar abad 16.
Munculnya Temate sebagai bandar jalur sutra lebih banyak didukung
oleh adanya jalur laut. Sejak para pedagang Cina tidak muncul lagi di Maluku
sejak paroh kedua abad ke 14. Peranan mereka digantikan oleh orang-orang dari
Jawa, Sumatera, Makasar dan Tagalok Makassar. Maka sejak itu Majapahit menjadi
bagian terpenting dalam perdagangan rempah-rempah dari Maluku. Dalam kitab
Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca (1365) sempat mencatat adanya
"Maloko" yang dapat diartikan sebagai empat pusat kekuasaannya di Maluku
utara atau yang lazim dinamakan "Maluku Kie Raha".(RZ. Leirissa,
tahun 1996, hal 2 - 4).
Temate sebagai pusat perdagangan intemasional, dengan hasil
utama rempah-rempahnya telah menjadi incaran negaranegara Eropa. Nicholas de
County seorang bangsawan Italia masuk Islam di Temate tahun 1440, telah
membuktikan betapa bernilainya bandar Temate. De County tinggal selama 25 tahun
di Ternate, yang merupakan orang Eropa pertama yang membuat catatan tentang
Maluku. Hasil tulisan De County telah menjadi salah satu acuan pembuatan peta
dunia tahun 1460. Peta itulah yang menurut Rafaer menjadi pendorong bagi bangsa
Eropa untuk menguasai kepulauan rempah-rempah.{10}
Kesimpulan
Keberadaan bendera panji panji Islam Mamala berkaitan dengan
historiografi runtuhnya kerajaan Islam Champa di Vietnam.
Keberadaan bendera panji panji Islam Mamala berkaitan dengan
berhentinya dengan perdagangan dan aktivitas laut yang dilakukan oleh para
leluhur Mamala yang berasal dari Champa yang memilih migrasi setelah sebelumnya
ke Jailolo
Saran
Diperlukan upaya penelitian lanjutan oleh para akademisi
dalam hal ini
Daftar Pustaka
1.Mas'ud Sulthon, Sejarah Peradapan Islam,Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel,Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Surabaya, 2014
2.Handoko W.Sketsa Arkeologi Islam di Maluku, Tema dan
Implementasi Penelitian, Balai Arkeologi Islam Ambon, Kapata Arkeolgi
Vol.8/November 2012, Balai Arkeologi Ambon
3.https://kelanadelapanpenjuruangin.wordpress.com/2018/10/29/bendera-sejarah-makna-dan-fungsinya/
4.Kate Fleet, Gudrun Krämer, Denis Matringe, The
Encyclopaedia of Islam Three, Leiden • boston 2014
5.Yuka Kadoi, On the Timurid Flag, Markus Ritter und Lorenz
Korn,Beiträge zur Islamischen Kunst und Archäologie Band 2,WIESBADEN 2010
6.Baiti Rosita, Teori Dan Proses Islamisasi Di Indonesia,
Wardah: No XXVIII/Th. XV/Desember 2014
7.Djati Palinngam R, Sekilas Tragedi Sejarah Bangsa Champa,
available at
https://www.kompasiana.com/fadz/5509df858133114e70b1e30d/sekilas-tragedi-sejarah-bangsa-champa
8.https://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/24/sekilas-tragedi-sejarah-bangsa-champa/
9. Lobato Manuel,The Introduction of Islam in the Maluku
Islands (Eastern Indonesia): Early Iberian Evidence and Oral Traditions,
ESTUDOS ORIENTAIS Volume comemorativo do primeiro decénio do Instituto de
Estudos Orientais (2002-2012),Universidade Católica Editora
10. Leirissa,RZ, TERNATE SEBAGAI BANDAR JALUR SUTRA, CV.
ILHAM BANGUN KARYA,Jakarta, 1999
11.Anonym, THE IMMIGRATION OF MOSLEM DESCENDENTS OF
NORTH-AFRICA FROM THE PHILIPPINES TO MAINLAND CHINA
12.Majumdar RC, Ancient Indian Colonies in The Far East Vol I
Champa, Dacca University, published by The Punjab Sanskrit Book Depot
13. MISTERI BENDERA ATLAS PREHISTORY SOUTHEAST ASIA, History
of Southeast Asia, https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_Southeast_Asia
14. Ismardi, Zulkifli, Kamiruddin, Afrizal Ahmad, THE
INFLUENCE OF HINDUISM TOWARD ISLAM BANI: STUDY OF RELIGIOUS THOUGHT OF MUSLIM
CHAMPA, VIET NAM,State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau,
Indonesia 20zulkifli.marjuni@uin-suska.ac.id
15. ATLAS PREHISTORY SOUTHEAST ASIA, History of Southeast
Asia, https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_Southeast_Asia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.