Pendahuluan
Drs.Ahmad Malawat (Mantan Walikota Ambon ke-8, 1966-1969) |
Jasa para tokoh Mamala-Amalatu
tentu tak bisa dilupakan. Selain jasanya terhadap negeri Mamala sendiri, juga
terhadap masyarakat Maluku umumnya. Sejarah para tokoh ini pun memberikan
segudang pengajaran dalam menaklukkan suatu perjuangan. Ahmad Malawat merupakan
salah satu tokoh Mamala Amalatu yang perjalanan hidupnya patut diteladani dan
dicontoh oleh para generasi muda Mamala khususnya dan masyararakat Maluku
umumnya. Sebagai seorang yang lahir pada masa penjajahan Belanda dan menjalani
masa kecil saat menjelang kemerdekaan, serta terlahir sebagai turunan bangsawan
di Ambon, dengan kultur Islam yang sangat kental. Memberikan suatu proses yang
tidak mudah untuk dilalui hingga beliau menggapai segudang prestasi. Sekalipun sulit
untuk mendapatkan informasi lengkap tentang
perjalanan hidupnya, namun dalam tulisan ini akan menguraikan secara sekilas perjuangan hidup beliau dengan
berbagai latar kehidupan yang disebutkan diatas serta membandingkan antara
latar belakang masa kecil dengan prestasi beliau, khususnya dalam menggambarkan
motivasi, dedikasi dan prestasinya untuk dilanjutkan oleh para generasi muda di
Mamala khususnya dan Maluku umumnya.
Masa Pemerintahan Belanda
Dalam politik pendidikannya,
Belanda tidak memperlihatkan demokratisasi di dalam pendidikan, karena tidak
semua orang diberi kesempatan mendapatkan pendidikan yang sama. Sistemnya
disebut: Three tract system, yaitu: a. Pendidikan untuk golongan bawahan atau
rakyat jelata b. Pendidikan untuk
golongan atas yang disederajatkan dengan Belanda c. Pendidikan untuk golongan bangsa Belanda,
bangsa Eropa dan bangsa Timur lainnya.
Jadi Belanda tidak mendapatkan
suatu sistem L‟ecole unique (suatu sistem kesatuan / keseragaman sekolah) dalam
pendidikannya di Indonesia. Dengan demikian nampaklah perbedaan yang tajam
antara pekerja tangan (biasanya rakyat jelata) sebagai pekerja rendahan dengan
pekerja intelek, dalam pekerja intelek (pegawai kantor) dianggap lebih tinggi
dan dihargai serta dianggap lebih mulia.
Selayang Pandang Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
PMII sejak didirikan pada
tanggal 17 April 1960 sebagai Independen dari Organisaiasi NU, yang berpungsi
sebagai sayap Mahasiswa NU seperti : GP. ANSHOR disayap Pemuda, MUSLIMAT
disayap Ibu-Ibu, PATAYAP di sayap Pemuda, IPNU di sayap Pelajar, serta IPPNU di
sayap Putra-putri Nahdiyin maka, komitmen PMII kepada Jami’ah NU adalah hal
yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Keterlibatan PMII dalam dunia politik
praktis yang merupakan sayap NU yang pada saat itu menjadi salah satu Partai
Politik di Indonesai, yang pada akhirnya sangat merugikan PMII itu sendiri
terlalu jauh Organisasi Mahasiswa. Akibatnya PMII banyak mengalami kemunduran
dalam segala aspek Pergerakan yang berakibat fatal pada beberapa Cabang PMII di
beberapa Daerah di Indonesai kondisi ini menyadarkan PB. PMII untuk mengkaji
ulang selama ini dilakukan khususnya dalam Dunia Politik-Praktis.
Setalah melalui beberapa
pertimbangan yang mendalam maka pada Musyawarah Besar pada tanggal 14-16 Juli
1972, disana PMII mencetuskan deklarasi Independent PMII darei NU di Munarjati
Lawang Jawa Timur, karena Independen PMII, diatas didasari karena :
1. Merupakan Kesadaran PMII yang meyakini sepenuhnya terhadap tuntutan kebutuhan sikap, kebebasan berfikir, dan pengembangan kreativitas yang dijiwai oleh niali-nilai Islam.
2. Merupakan Manipestasi dari kesadaran organisasi dari tuntutan kemandirian kepeloparan, kebebasan berfikir, dan berkreasi serta tanggung jawab sebagai kaders umat dan Negara. Sedangkan secara politis sikap independensi itu konon ada bergening antara tokoh PMII pada saat itu dengan Pemerintah terbukti dengan adanya sejumlah tokoh PMII seperti Zamroni, Adul Padare, Hatta Mastufga, dan Said Budairy tercatat sebagai orang yang melahirkan “Deklarasi Pemuda Indonesia” yang kemudian menjadi KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia).
Klimaks dari resistensi terhadap Pemerintah Orde Baru adalah Gerakan Mahasiswa Dekade 1990 an dimana PMII berdiri di barisan paling depan dalam menghancurkan Rezir Orde Baru, sebagaimana NU juga pada paruh kedua tahun 1960-an.
1. Merupakan Kesadaran PMII yang meyakini sepenuhnya terhadap tuntutan kebutuhan sikap, kebebasan berfikir, dan pengembangan kreativitas yang dijiwai oleh niali-nilai Islam.
2. Merupakan Manipestasi dari kesadaran organisasi dari tuntutan kemandirian kepeloparan, kebebasan berfikir, dan berkreasi serta tanggung jawab sebagai kaders umat dan Negara. Sedangkan secara politis sikap independensi itu konon ada bergening antara tokoh PMII pada saat itu dengan Pemerintah terbukti dengan adanya sejumlah tokoh PMII seperti Zamroni, Adul Padare, Hatta Mastufga, dan Said Budairy tercatat sebagai orang yang melahirkan “Deklarasi Pemuda Indonesia” yang kemudian menjadi KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia).
Klimaks dari resistensi terhadap Pemerintah Orde Baru adalah Gerakan Mahasiswa Dekade 1990 an dimana PMII berdiri di barisan paling depan dalam menghancurkan Rezir Orde Baru, sebagaimana NU juga pada paruh kedua tahun 1960-an.
Refleksi Sejarah PMII Komisariat UNPATTI
PMII Komisariat UNPATTI yang
didirikan pada tahun 1964 oleh Almarhum Sahabat Drs.Ahmad Malawat merupakan
tokoh pergerakan yang telah menunjukan eksistensi ke-PMIIan-nya terbukti dalam
catatan sejarah beliau merupakan mantan Walikota Ambon Islam pertama dan salah
satu pendiri PMII Cabang Ambon, dan di Maluku secara kolektif. Perjuangan
beliau tidak akan pernah surut sampai kapanpun dan beliau akan di kenang oleh
setiap warga Pergerakan sampai akhir hayatnya.
Deskripsi
Hidup di masa penjajahan
adalah menjalani keterpaksaan dan himpitan kesulitan. Sekalipun sebagian
masyarakat tertentu mengalami kehidupan yang manis karena fasilitas dari
penjajah, tetapi mayoritas penduduk pribumi mengalami penderitaan yang sangat.
Sebagian dari mereka yang memperoleh sedikit keberuntungan hidup itu, yakni Drs.
Ahmad Malawat yang sadar akan kebebasan hidup yang diperlukan banyak
masyarakat. Kesempatan yang diperolehnya dimanfaatkan sepenuhnya untuk
menggapai cita-citanya, hingga akhirnya mendapat kesempatan kuliah di Fakultas
Sospol Universitas Gajah Mada, beliau kemudian menjadi salah satu dosen di
Unpatti. maklum ketika itu tidak semua orang bisa sekolah, kecuali golongan
tertentu saja.
Sekalipun kesempatan yang
diperoleh ini juga diperoleh oleh orang lain dari kalangan bangsawan di Tanah
Hitu, namun hanya Drs. Ahmad Malawat yang dapat memanfaatkannya dengan
sebaik-baiknya. Beliau menyadari benar
pesan ayahandanya yang merupakan Raja Mamala, yang selalu mengatakan “Baba sekarang
hanya hidup dari hutan, maka engkau
jangan lagi hidup dengan menggantungkan diri dari hutan, manfaatkan kesempatan
belajar ini, dengan sebaik-baiknya. Sehingga engkau dapat memberikan contoh
untuk adik-adikmu dan keluarga besar di kampung”. Kesadaran dirinya tentang
kesempatan yang diperoleh untuk mengangkat status sosial dan ekonomi serta
martabat keluarganya begitu tertanam pada dirinya. Sehingga beliau sangat
senang bila ada di antara keluarganya mengikutinya menuntut ilmu di Jogjakarta.
Hal ini diperlihatkan oleh beliau saat salah seorang adik sepupunya mengikuti
pendidikan Residen (setingkat Bupati saat itu), beliau memperlihat rasa
antusiasme dan rasa sayang yang sangat dalam.
"Beliau menyadari benar pesan ayahandanya yang merupakan Raja Mamala, yang selalu mengatakan “Baba sekarang hanya hidup dari hutan, maka engkau jangan lagi hidup dengan menggantungkan diri dari hutan, manfaatkan kesempatan belajar ini, dengan sebaik-baiknya. Sehingga engkau dapat memberikan contoh untuk adik-adikmu dan keluarga besar di kampung”.
Selama masa pendidikannya di
kota pelajar ini, dimanfaatkannya untuk mengembangkan diri nya dengan mengikuti
berbagai kegiatan organisasi kemahasiswaan dan keagamaan. Sekembalinya dari
Jogjakarta beliau berhasil menjadi Pegawai Negeri Sipil dan juga sebagai staf
dosen Fisipol Unpatti. Hal ini dikarenakan beliau paham bahwa sebagai putera
bangsa yang sadar akan pentingnya memajukan para pribumi itu bertekat untuk
menggalang pendidikan bagi masyarakat luas. Hal yang dilakukan oleh Drs.Ahmad
Malawat pendiri PMII Komisariat Unpatti dan tokoh-tokoh lain di nusantara.
Hanya rasa keprihatinan yang mendalam yang menyentuh jiwa mereka yang menjadi
motivasi gerakan pendidikan nasional di masa itu..
Para tokoh pendidikan kala itu
tidak hanya berkorban tenaga dan pikiran saja, mereka pun berkorban harta dan
segala yang mereka miliki demi kemajuan pendidikan bangsa. Sebuah pengorbanan
yang tidak ringan dan perlu dikaji dengan baik untuk cerminan kita generasi
penerusnya. Mengajar bangsa dengan hati, berkorban sepenuh hati, ketulusan yang
menyentuh dan tidak pernah luluh. Baru-baru ini saja ramai orang membincangkan
tentang perlunya mendidik dengan hati, padahal sudah sejak semula dalam sejarah
pendidikan kita, beliau mengajar dengan dengan hati. Berbuat tanpa pamrih
adalah ciri perjuangan beliau. Dan rasa kebangsaan yang tiggi menjadi pendorong
utamanya. Hal-hal demikian inilah yang telah lama luntur dari wajah pendidikan
kita.
Prestasi
Beliau merupakan mantan Walikota
Ambon ke-8 (1966-1969). PMII Komisariat UNPATTI yang didirikan pada tahun 1964
oleh Almarhum. Sahabat Drs.Ahmad Malawat merupakan tokoh pergerakan yang telah
menunjukan eksistensi ke-PMIIan-nya terbukti dalam catatan sejarah beliau
merupakan mantan Walikota Ambon Islam pertama dan salah satu pendiri PMII Cabang
Ambon, dan di Maluku secara kolektif. Beliau merupakan Raja Mamala ke-15.
Beliau Juga pernah menjadi Dekan Fisipol Unpatti dan menjadi Bupati Halmahera
Tengah. Karena begitu besar dedikasi dan pengorbanannya dalam membangun Kabupaten
Halmahera Tengah, nama beliau diabadikan sebagai nama jalan di kota itu, tepatnya di Kota Tidore Kepulauan, di Kelurahan Gura Bunga. Sepeninggalnya beliau dari jabatan ini, beliau menjadi Karo Pembangunan Maluku (Bappeda sekarang), dan tempatnya digantikan oleh Idris Tukan (Ketua MUI Maluku). Jabatan terakhirnya adalah Kepala Biro Pembangunan Maluku hingga akhir hayatnya (Posisinya kemudian ditempati oleh M.Akib Latuconsina yang kemudian menjadi Gubernur Maluku). Perjuangan
beliau tidak akan pernah surut sampai kapanpun dan beliau akan di kenang oleh
setiap warga pergerakan sampai akhir hayatnya.