Pendahuluan
Budaya adalah bagian dari
identitas bangsa. Kehilangan budaya yang dimiliki suatu daerah bukan hanya
kehilangan jati diri dari daerah tersebut tetapi juga turut mempengaruhi
tatanan masyarakat, menimbulkan
ketidakseimbangan yang mengarah kepada degradasi budaya sehingga
mengancam ketidakstabilan dalam kehidupan masyarakat yang berdampak kepada
potensi ancaman pada kehidupan generasi muda yang tidak mampu meneruskan konsep
yang telah terbangun dalam kesepakatan bersama para leluhur. Sebagaimana
penjelasan pasal 32 UUD 1945 bahwa : “ Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang
timbul sebagai buah usaha budinya bangsa Indonesia seluruhnya, kebudayaan lama
dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan bangsa. Usaha
kebudayaan harus menuju ke arah adat budaya dan persatuan”.
Budaya Siwalima
Maluku sebagai saah satu
wilayah Indonesia bagian timur memiliki kultur budaya yang berbeda dengan
daerah-daerah wilayah lain yang ada di Indonesia. Budaya Siwalima adalah aset
yang telah mengakar dalam kehidupan bersama masyarakat Maluku dimana salah satu
nilai-nilai yang terkandung dalam instrumen pelaksanaannya meliputi:
Pela-Gandong yakni kehidupan bersama dalam komunitas agama yang berbeda dari
dua atau tiga desa yang berbeda dalam suatu hubungan kekerabatan. Makan Patita
atau makan bersama dalam masyarakat kelompok masyarakat dalam komunitas yang
banyak, menggambarkan hubungan kekerabatan dalam masyarakat Maluku. Pernyataan
kekaguman terhadap kehidupan masyarakat Maluku ini juga dinyatakan oleh
Presiden Indonesia yang pertama dalam buku Lokolo (1997:5) bahwa: ‘ kalau mau
mencari persatuan carilah dan belajarlah pada orang Maluku. Dalam budaya
Siwalima masyarakat Maluku mengatur pula sistem pemerintahan negeri adat, di
mana setiap daerah-daerah di Maluku memiliki pemerintahan adat yang diatur
berdasarkan hukum adat.
Cerita Sejarah Hubungan Pela antara negeri Mamala dan negeri Lateri
Kesamaan Toreng Mesjid di Mamala dan Toreng Gereja di Lateri |
Hubungan Pela terjadi pada
sekitaran tahun 1957 -1958, pada saat itu negeri Lateri masih menjadi sebuah
perkampungan. Sebelum terbentuknya hubungan pela ini, pada tahun 1940-an.....ke-atas,
orang tua-tua Mamala kalau mau ke Ambon atau mau pulang ke kampungnya, biasa
singgah di Lateri untuk makan bekal di sebuah parigi dekat pohon sagu dipinggir
pantai. Di saat yang sama, secara kebetulan juga orang Lateri juga biasa
bekerja membuat sero di Negeri mamala. Dan pada tahun 1957 itu kesebelasan bola
Mamala dan Lateri terbentuk Mamala yang dipimpin oleh alm bapak Saleh Pulhehe
(kepala pemuda pada waktu itu) sedangkan Lateri dipimpin oleh alm bapak Mon
Leihitu, dari sinilah cikal bakal terjadi pela antara Mamala dan Lateri.
Pada waktu itu bapak Saleh
datang ke Lateri untuk meminta bantuan kepada kesebelasan Lateri untuk
kerjasama dan melatih pemain Mamala selama 1 minggu dari latihan bersama-sama
ini terjadi hubungan yang sangat erat.....selama melatih pemain bola Mamala
berbulan-bulan ada suatu kisah dirumah alm bapak Gawi Malawat. Saat itu dari
kesebelan Lateri dan kesebelasan Mamala sedang minum teh bersama-sama, karena
kegembiraan dan merasa puas apa yang selama ini dilatih oleh kesebelasan Lateri
maka kedua keseblasan ini berjabat tangan berpelukan sambil menangis....disaat
itu Bapak Raja Mamala Lewat dan singah dirumah Bapak Gawi Malawat, beliau
sangat terharu........Pada waktu Bapa Raja Mamala masuk kedalam rumah dan
kesebelasan Lateri pun mengendong Bapak Raja Mamala dan kesebelasan Mamala juga
mengendong ketua kesebelasan Lateri. Bapak Raja Mamala pun berpesan kepada
ketua kesebelasan dan pemain Lateri ," Basudara-basudara nanti pulang ka
Lateri kirim beta punya pung pesan kepada bapak Raja kampong Lateri, untuk
datang bersama-sama masyarakat Lateri ke Negeri Mamala "setelah penyampain
itu tidak lama kemudian bapak Raja kampong Lateri dengan masyarakat Lateri
datang ke Negeri mamala , Bapak Raja Mamala pun mengambil pankuku(dari bambu)
dan berkata kepada Bapak Raja kampong Lateri mari katong dua sama-sama pegang
pangkuku untuk kuku durian.
Disaksikan oleh masyarakat
kedua negeri Mamala dan Lateri, setelah durian jatuh Raja mamala membela
menjadi dua bagian dan memberikan sebelah kepada bapak Raja kampong lateri
sebelah kepada bapak Raja Mamala dan mengangkat hubungan saudara dengan Lateri,
dalam kesempatan itu juga Bapak Raja kampong Lateri menyampaikan kami sangat
berterimah kasih kepada Bapak raja Mamala dengan masyarakat Mamala dan suatu
waktu nanti kami dari Lateri akan pulang berunding dan mengundang Bapak Raja Mamala
bersama-sama masyarakat Negeri mamala untuk datang ke Lateri di rumah kediaman
bapak Mon Lehitu(ketua kesebelasan Bola) sebelum ikrar pela diucapkan ketua
kesebelasan lateri membawa selempeng sagu deng satu buah ketupat kepada bapak Raja
Mamala dan bapak Raja kampong Lateri. Bapa Raja kampong Lateri mengambil sagu
salempeng dipatah dan mengatakan " ini sagu mengikatkan kita basudara dari
Lateri dan Mamala menjadi hubungan Pela yang tidak boleh dipisahkan sampai anak
cucu". dan Bapak raja Mamala mengambil ketupat dan dibelah dan mengatakan
"Dihari ini juga kita berjanji untuk sama-sama Lateri membangun Mamala, Mamala
membangun Lateri". Pada tahun 1960 kampong Lateri meminta bantuan kepada
negeri Mamala untuk membuat sekolah Rakyat bantuan itu berupa atap dan
melibatkan masyarakat mamala untuk pekerjaan Sekolah Rakyat di Lateri.
Pada tahun 1962 Mamala meminta
tenaga dari Lateri untuk merenovasi Mesjid pada waktu itu, dari Lateri yang
menjadi bas bapak Boby Sinanu, sedangkan kepala tukang bapak Pede Adrian, semua
pekerjaan sudah selesai tinggal kubah mesjid yang dibuat, bapak Raja Mamala pun
meminta kepada Bapak Ongo Rumate (tukang kayu) untuk menyelesaikan bagian atas kubah.
Atas pekerjaannya dalam menyelesaikan kubah mesjid, masyarakat Mamala membangun
rumah kepada Wellem, anak dari pada bapak Ongo. Pada tahun 1992 dari Lateri bas
bapak Yeye Adrians dipangil untuk membantu membuat gapura negeri Mamala dalam
mengikuti lomba antar desa dan mendapat juara 1 antar desa pada waktu itu.
Sebagai keberhasilan tersebut bapak Raja Mamala saat itu (Ir.H.A. Malawat)
mendapat undangan Presiden RI untuk menghadiri HUT Proklamasi di Istana Merdeka
Jakarta. Bapak Yeye Adrians inilah juga yang dipakai untuk membuat toreng Mesjid yang
merupakan monumen hubungan Pela Pembangunan antara Mamala dan Lateri. Kedua bangunan
tersebut sangat berkesan bagi kedua
masyarakat Negeri Mamala dan Lateri, yaitu Toreng Masjid Mamala Sama Persis
Dengan Toreng Gareja Lateri.
Sumber dari tua-tua adat
Lateri pada pelantikan Raja Mamala yang disadur oleh Rolly Matahelumual.
(Lihat Tulisan lainnya: Pengorbanan Halaene sang Raja Mamala untuk Tanah Hitu (Ambon))
(Lihat Tulisan lainnya: Pengorbanan Halaene sang Raja Mamala untuk Tanah Hitu (Ambon))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.