Sabtu, 30 Januari 2016

Cerita Sejarah Hubungan Pela antara Negeri Mamala dan Negeri Lateri




Pendahuluan

Budaya adalah bagian dari identitas bangsa. Kehilangan budaya yang dimiliki suatu daerah bukan hanya kehilangan jati diri dari daerah tersebut tetapi juga turut mempengaruhi tatanan masyarakat, menimbulkan  ketidakseimbangan yang mengarah kepada degradasi budaya sehingga mengancam ketidakstabilan dalam kehidupan masyarakat yang berdampak kepada potensi ancaman pada kehidupan generasi muda yang tidak mampu meneruskan konsep yang telah terbangun dalam kesepakatan bersama para leluhur. Sebagaimana penjelasan pasal 32 UUD 1945 bahwa : “ Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya bangsa Indonesia seluruhnya, kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah adat budaya dan persatuan”.

Budaya Siwalima

Maluku sebagai saah satu wilayah Indonesia bagian timur memiliki kultur budaya yang berbeda dengan daerah-daerah wilayah lain yang ada di Indonesia. Budaya Siwalima adalah aset yang telah mengakar dalam kehidupan bersama masyarakat Maluku dimana salah satu nilai-nilai yang terkandung dalam instrumen pelaksanaannya meliputi: Pela-Gandong yakni kehidupan bersama dalam komunitas agama yang berbeda dari dua atau tiga desa yang berbeda dalam suatu hubungan kekerabatan. Makan Patita atau makan bersama dalam masyarakat kelompok masyarakat dalam komunitas yang banyak, menggambarkan hubungan kekerabatan dalam masyarakat Maluku. Pernyataan kekaguman terhadap kehidupan masyarakat Maluku ini juga dinyatakan oleh Presiden Indonesia yang pertama dalam buku Lokolo (1997:5) bahwa: ‘ kalau mau mencari persatuan carilah dan belajarlah pada orang Maluku. Dalam budaya Siwalima masyarakat Maluku mengatur pula sistem pemerintahan negeri adat, di mana setiap daerah-daerah di Maluku memiliki pemerintahan adat yang diatur berdasarkan hukum adat.

Cerita Sejarah Hubungan Pela  antara negeri Mamala dan negeri Lateri


Kesamaan Toreng Mesjid di Mamala dan Toreng Gereja di Lateri
 
Hubungan Pela terjadi pada sekitaran tahun 1957 -1958, pada saat itu negeri Lateri masih menjadi sebuah perkampungan. Sebelum terbentuknya hubungan pela ini, pada tahun 1940-an.....ke-atas, orang tua-tua Mamala kalau mau ke Ambon atau mau pulang ke kampungnya, biasa singgah di Lateri untuk makan bekal di sebuah parigi dekat pohon sagu dipinggir pantai. Di saat yang sama, secara kebetulan juga orang Lateri juga biasa bekerja membuat sero di Negeri mamala. Dan pada tahun 1957 itu kesebelasan bola Mamala dan Lateri terbentuk Mamala yang dipimpin oleh alm bapak Saleh Pulhehe (kepala pemuda pada waktu itu) sedangkan Lateri dipimpin oleh alm bapak Mon Leihitu, dari sinilah cikal bakal terjadi pela antara Mamala dan Lateri.

Pada waktu itu bapak Saleh datang ke Lateri untuk meminta bantuan kepada kesebelasan Lateri untuk kerjasama dan melatih pemain Mamala selama 1 minggu dari latihan bersama-sama ini terjadi hubungan yang sangat erat.....selama melatih pemain bola Mamala berbulan-bulan ada suatu kisah dirumah alm bapak Gawi Malawat. Saat itu dari kesebelan Lateri dan kesebelasan Mamala sedang minum teh bersama-sama, karena kegembiraan dan merasa puas apa yang selama ini dilatih oleh kesebelasan Lateri maka kedua keseblasan ini berjabat tangan berpelukan sambil menangis....disaat itu Bapak Raja Mamala Lewat dan singah dirumah Bapak Gawi Malawat, beliau sangat terharu........Pada waktu Bapa Raja Mamala masuk kedalam rumah dan kesebelasan Lateri pun mengendong Bapak Raja Mamala dan kesebelasan Mamala juga mengendong ketua kesebelasan Lateri. Bapak Raja Mamala pun berpesan kepada ketua kesebelasan dan pemain Lateri ," Basudara-basudara nanti pulang ka Lateri kirim beta punya pung pesan kepada bapak Raja kampong Lateri, untuk datang bersama-sama masyarakat Lateri ke Negeri Mamala "setelah penyampain itu tidak lama kemudian bapak Raja kampong Lateri dengan masyarakat Lateri datang ke Negeri mamala , Bapak Raja Mamala pun mengambil pankuku(dari bambu) dan berkata kepada Bapak Raja kampong Lateri mari katong dua sama-sama pegang pangkuku untuk kuku durian.

Disaksikan oleh masyarakat kedua negeri Mamala dan Lateri, setelah durian jatuh Raja mamala membela menjadi dua bagian dan memberikan sebelah kepada bapak Raja kampong lateri sebelah kepada bapak Raja Mamala dan mengangkat hubungan saudara dengan Lateri, dalam kesempatan itu juga Bapak Raja kampong Lateri menyampaikan kami sangat berterimah kasih kepada Bapak raja Mamala dengan masyarakat Mamala dan suatu waktu nanti kami dari Lateri akan pulang berunding dan mengundang Bapak Raja Mamala bersama-sama masyarakat Negeri mamala untuk datang ke Lateri di rumah kediaman bapak Mon Lehitu(ketua kesebelasan Bola) sebelum ikrar pela diucapkan ketua kesebelasan lateri membawa selempeng sagu deng satu buah ketupat kepada bapak Raja Mamala dan bapak Raja kampong Lateri. Bapa Raja kampong Lateri mengambil sagu salempeng dipatah dan mengatakan " ini sagu mengikatkan kita basudara dari Lateri dan Mamala menjadi hubungan Pela yang tidak boleh dipisahkan sampai anak cucu". dan Bapak raja Mamala mengambil ketupat dan dibelah dan mengatakan "Dihari ini juga kita berjanji untuk sama-sama Lateri membangun Mamala, Mamala membangun Lateri". Pada tahun 1960 kampong Lateri meminta bantuan kepada negeri Mamala untuk membuat sekolah Rakyat bantuan itu berupa atap dan melibatkan masyarakat mamala untuk pekerjaan Sekolah Rakyat di Lateri.

Pada tahun 1962 Mamala meminta tenaga dari Lateri untuk merenovasi Mesjid pada waktu itu, dari Lateri yang menjadi bas bapak Boby Sinanu, sedangkan kepala tukang bapak Pede Adrian, semua pekerjaan sudah selesai tinggal kubah mesjid yang dibuat, bapak Raja Mamala pun meminta kepada Bapak Ongo Rumate (tukang kayu) untuk menyelesaikan bagian atas kubah. Atas pekerjaannya dalam menyelesaikan kubah mesjid, masyarakat Mamala membangun rumah kepada Wellem, anak dari pada bapak Ongo. Pada tahun 1992 dari Lateri bas bapak Yeye Adrians dipangil untuk membantu membuat gapura negeri Mamala dalam mengikuti lomba antar desa dan mendapat juara 1 antar desa pada waktu itu. Sebagai keberhasilan tersebut bapak Raja Mamala saat itu (Ir.H.A. Malawat) mendapat undangan Presiden RI untuk menghadiri HUT Proklamasi di Istana Merdeka Jakarta. Bapak Yeye Adrians inilah juga yang  dipakai untuk membuat toreng Mesjid yang merupakan monumen hubungan Pela Pembangunan antara Mamala dan Lateri. Kedua bangunan tersebut sangat berkesan bagi  kedua masyarakat Negeri Mamala dan Lateri, yaitu Toreng Masjid Mamala Sama Persis Dengan Toreng Gareja Lateri.



Sumber dari tua-tua adat Lateri pada pelantikan Raja Mamala yang disadur oleh Rolly Matahelumual. 

(Lihat Tulisan lainnya: Pengorbanan Halaene sang Raja Mamala untuk Tanah Hitu (Ambon))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.