Francois Valentijn |
"Walaupun banyak dikritik karena dianggap tidak etis, pada kenyataannya, kandungan isi buku ini tetap banyak dimanfaatkan oleh peneliti sejarah maupun sastra. Tidaklah mengherankan jika buku yang kontroversial itu dianggap memiliki nilai estetika, selain juga berkat penceritaannya yang menarik. Seperti pernyataan seorang kritikus sastra, Edward du Perron, bahwa Francois Valentijn adalah seorang pencerita yang ulung".
Betapapun juga Oud en Nieuw
Oost-Indien itu memang bermanfaat bagi ilmu sejarah. Sumber sejarah yang
digunakannya memang belum ditelusuri secara tuntas, tetapi jelas ada
keterangan-keterangan yang hanya bisa diperoleh dari buku itu saja. Namun,
harus dikatakan juga bahwa sebagai historiografi buku Valentijn tersebut sama
sekali tidak etis.
Namun, sekalipun dari segi
sejarah karya Valentijn itu dikatakan tidak etis, dari segi sastra ada nilai
estitikanya. Menurut Beekman, tidak kurang dari seorang Edward du Perron,
kritikus sastra modern itu, yang menilai bahwa Valentijn dapat dikategorikan
sebagai “{...} a remarkably fine storyteller in prose (....)” (Beekman 1988:79)
Buku Valentijn itu juga merupakan
sumber inspirasi bagi Maria Dermout (1888-1962). Novelis Belanda itu banyak
menggunakan keterangan dari buku Valentijn itu untuk menulis novel-novelnya
yang mengandung cerita-cerita yang berlangsung di Ambon dan sekitarnya, seperti
De tienduizend dingen, atau
cerpen-cerpen yang dikumpulkan dalam antologinya yang berjudul Verzamelde werken seperti “Koning Baboe en de veertig jongelingen”, “De
boom des levens”, “De goede slang” (Beekman 1988:80,93). Mengenai
pengalamannya membaca buku Valentijn itu, novelis Belanda itu menulis: “Saya
sering membaca buku itu, terutama bagian-bagian mengenai ‘Deskripsi tentang
Maluku’ dan ‘Masalah-masalah Maluku’ tetapi kemudian menyingkirkannya karena
saya terganggu oleh begitu banyak kesombongan, kemunafikan, bajakan dari
Rumphius, namun kemudian saya kembali membacanya lagi karena ia menaruh
perhatian yang begitu baik dan karena ia pandai bercerita” (Beekman 1988:80).”
Oud en Nieu Oost-Indien adalah
judul singkat dari karya monumental Francoist Valentijn. Buku yang terbit dalam
delapan volume (1724-1726) memuat deskripsi wilayah-wilayah kegiatan VOC di
Asia dan juga khususnya di Nusantara. Cara penyajian materi isi tidak berurut
baik secara geografis maupun historis. Namun, isi buku ini jelas terbagi dalam
dua periode, yaitu periode sebelum VOC (Oud Oost-Indie) dan masa VOC (Nieuw
Oost-Indie). Walaupun banyak dikritik karena dianggap tidak etis, pada
kenyataannya, kandungan isi buku ini tetap banyak dimanfaatkan oleh peneliti
sejarah maupun sastra. Tidaklah mengherankan jika buku yang kontroversial itu
dianggap memiliki nilai estetika, selain juga berkat penceritaannya yang
menarik. Seperti pernyataan seorang kritikus sastra, Edward du Perron, bahwa
Francois Valentijn adalah seorang pencerita yang ulung.
Referensi:
Wacana: Jurnal Ilmu Pengetahuan
dan Budaya, Vol: 10, No.2, Oktober 2008, hal 191. Fakultas Sastra Universitas
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.