Pendahuluan
Penjelasan peralihan Mamala dari Ulisiwa menjadi Ulilima merupakan fakta sejarah yang perlu diperhatikan dalam sejarah Tanah Hitu (Ambon). Hal ini menjadi penting, mengingat fakta ini terkubur dengan keberadaan sejarah Tanah Hitu yang sudah ada.
Uraian
Mamala adalah sebutan untuk Latu yang dulunya terletak di perbukitan yang menjorok ke laut (Tanjung) sehingga oleh bangsa Iberia disebut sebagai Mamala. Sehingga sebutan ini terdapat di beberapa tempat seperti Mamala di Hawai, Mamala di Kerala India dll. Dahulunya Mamala adalah ulisiwa bersama Halong, Hutumuri, Baguala, dan Hatiwe. Ulisiwa dari semua negeri di Ambon menurut Hatib Kadir dalam tesis nya mempunyai ciri batu pamalinya di belakang baileo, untuk Mamala kategori ulisiwanya Mamala saat itu terletak di pegunungan Salahutu yang disebut "Ulu Pokol".
Penyebutan tentang ulisiwanya Mamala ini tidak ditemukan di HTH, tetapi terdapat dalam Rhumpius dan Valentin. Tetapi kemudian keterangan tentang peralihan Ulisiwa menjadi ulilimanya Mamala dipertegas oleh HTH yang menyebutkan ketika Pati Putih (Anak mantunya Jamilu) sekembalinya dari Giri bersama Sultan Ternate. Sultan Ternate dan Pati Putih saat itu sudah bersepakat untuk menjaga kebersamaan posisi dan derajat Ternate dan Tanah Hitu. Saat itu Pati Putih menerangkan inilah sembilan kampung (Uli Siwa) ditambah Hitu menjadi sepuluh.
Dalam perkembangan selanjutnya keempat negeri di atas lebih memilih Portugis.
Saat di tegakkan kerajaan Tanah Hitu yang meliputi tujuh uli atau tigapuluh negeri dari Seith, Negeri Lima hingga Tial. Terkumpul dalam tujuh uli yang berkategorikan ulilima, yakni Uli Solemata, Saylesi, Halawang, Sawani, Hatunuku, Nau Binau dan Ala. Kesemuanya umumnya terdiri dari Lima negeri kecuali pada Uli Solemata (Tulehu, Tengah-Tengah, Tial) dan Uli Halawang yang hanya terdiri dari Hunut, Mossapal dan Tomu.
Dari ketigapuluh negeri tersebut... Mamala selalu disebut sebagai "Latu of het eugentlyc Mamala"
Perkembangan kerajaan Tanah Hitu sebenarnya layu sebelum berkembang oleh karena bersamaan dengan pertempuran panjang melawan Portugis.
Pada saat era Jamilu, wilayah ulisiwa yang terbentang dari Ureng hingga Alang semuanya dimasukkan dalam wilayah Tanah Hitu (Lihat HTH)
Pada masa "Uka Latu Unus Halaene" (Kakak Kandung Kapitan Kakiali) beliau mengklaim lagi wilayah tersebut. Sehingga beliau dibenci bukan hanya oleh Belanda tetapi juga oleh orang orang ulisiwa di wilayah tersebut . Hal ini terlihat ketika Belanda menyerang Kapahaha sebagian orang ulisiwa ini ikut membantu Belanda.
Mulanya sebagian masyarakat Maluku beranggapan bahwa ulisiwa dan ulilima ini adalah karena pengaruh Tidore(ulisiwa) dan Ternate (Ulilima). Ternyata dibantah oleh Ziwar Efendi... Yang menyatakan ulisiwa dan ulilima di Ambon adalah budaya adat asli masyarakat Ambon yang diperkuat oleh tesisnya Hatib Kadir.
Kesimpulan
Penjelasan ini memperlihatkan posisi Mamala yang sudah ada sebelum terbentuknya kerajaan Islam Tanah Hitu.