Jumat, 30 Oktober 2020

Peralihan Mamala dari Ulisiwa menjadi Ulilima di Ambon (Tanah Hitu)

 Pendahuluan



Penjelasan peralihan Mamala dari Ulisiwa menjadi Ulilima merupakan fakta sejarah yang perlu diperhatikan dalam sejarah Tanah Hitu (Ambon). Hal ini menjadi penting, mengingat fakta ini terkubur dengan keberadaan sejarah Tanah Hitu yang sudah ada.


Uraian



Mamala adalah  sebutan  untuk  Latu  yang  dulunya terletak  di perbukitan  yang  menjorok ke laut (Tanjung)  sehingga  oleh  bangsa Iberia disebut sebagai  Mamala.  Sehingga  sebutan ini terdapat  di beberapa tempat  seperti  Mamala di Hawai, Mamala di Kerala India dll.  Dahulunya Mamala adalah ulisiwa bersama Halong, Hutumuri, Baguala, dan  Hatiwe.  Ulisiwa dari semua negeri  di  Ambon  menurut  Hatib Kadir dalam tesis nya mempunyai  ciri batu pamalinya di belakang  baileo,  untuk  Mamala kategori  ulisiwanya Mamala saat itu  terletak di pegunungan  Salahutu yang disebut  "Ulu Pokol".


Penyebutan  tentang ulisiwanya Mamala ini tidak ditemukan  di HTH,  tetapi terdapat  dalam  Rhumpius dan Valentin.  Tetapi kemudian  keterangan  tentang peralihan Ulisiwa menjadi  ulilimanya Mamala dipertegas oleh HTH yang menyebutkan ketika Pati Putih (Anak mantunya Jamilu)   sekembalinya  dari Giri bersama Sultan Ternate. Sultan Ternate  dan Pati Putih saat itu sudah bersepakat untuk  menjaga kebersamaan  posisi  dan derajat Ternate dan Tanah Hitu. Saat itu Pati Putih menerangkan inilah sembilan  kampung (Uli Siwa)  ditambah Hitu menjadi sepuluh. 


Dalam  perkembangan selanjutnya  keempat negeri  di atas  lebih memilih Portugis. 


Saat di tegakkan kerajaan  Tanah Hitu yang meliputi  tujuh uli atau tigapuluh negeri dari Seith,  Negeri Lima  hingga Tial.  Terkumpul  dalam tujuh uli yang  berkategorikan ulilima,  yakni Uli Solemata, Saylesi, Halawang,  Sawani, Hatunuku,  Nau Binau dan Ala.  Kesemuanya  umumnya  terdiri  dari Lima negeri kecuali pada Uli Solemata (Tulehu, Tengah-Tengah, Tial) dan Uli Halawang yang hanya terdiri  dari Hunut, Mossapal  dan Tomu. 


Dari ketigapuluh negeri tersebut... Mamala selalu disebut sebagai  "Latu of het eugentlyc Mamala"


Perkembangan  kerajaan  Tanah Hitu sebenarnya  layu sebelum  berkembang oleh  karena  bersamaan dengan pertempuran panjang melawan Portugis.  


Pada saat era Jamilu, wilayah  ulisiwa yang  terbentang dari Ureng hingga Alang semuanya dimasukkan  dalam wilayah  Tanah Hitu  (Lihat HTH) 


Pada masa "Uka Latu Unus Halaene" (Kakak Kandung Kapitan Kakiali) beliau mengklaim lagi wilayah  tersebut. Sehingga  beliau  dibenci bukan hanya oleh Belanda tetapi juga  oleh orang orang  ulisiwa di wilayah  tersebut .  Hal ini terlihat ketika Belanda menyerang Kapahaha sebagian orang ulisiwa ini ikut membantu  Belanda. 


Mulanya sebagian masyarakat  Maluku beranggapan  bahwa ulisiwa dan ulilima ini adalah  karena pengaruh Tidore(ulisiwa) dan Ternate (Ulilima). Ternyata  dibantah oleh Ziwar Efendi... Yang  menyatakan ulisiwa dan ulilima di Ambon  adalah budaya adat asli masyarakat  Ambon yang diperkuat oleh tesisnya  Hatib Kadir.


Kesimpulan


Penjelasan ini memperlihatkan posisi Mamala yang sudah ada sebelum terbentuknya kerajaan Islam Tanah Hitu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.