Penjelasan atas
Polemik Sebutan Mamala-Amalatu dari
Negeri Mamala
Pendahuluan
Masyarakat Ambon umumnya hanya
mengetahui nama Mamala sebagai nama salah satu negeri di Tanah Hitu, sedangkan
penambahan nama Amalatu terasa asing bagi mereka. Penjelasan mengenai alasan penyebutan nama Amalatu sebagai
tambahan dari Mamala, baik sebelum dan sesudahnya, sangat dirasa perlu untuk
diurai berdasarkan referensi sejarah yang sudah lama ada dan telah dijadikan
acuan standar sejarah Maluku. Hal ini
penting untuk diuraikan mengingat banyaknya penafsiran negatif tentang hal ini,
sehingga berakibat pergeseran makna dari
sebutan “negeri Mamala” yang dimaksud itu, sebenarnya merupakan sebutan untuk
“negeri Latu”. Polemik yang terjadi,
bersumber dari perbedaan penafsiran kata “Ama” yang dalam bahasa daerah di
Ambon, dapat berarti bapak atau negeri, sedangkan untuk masyarakat Seram dan
Lease mengartikannya sebagai bapak. Maupun perbedaan memaknai kata “Ama” dan “Amang”
untuk kata “negeri”. Dalam pembahasan ini juga turut menyertakan pertanyaan
kenapa sampai negeri Latu akhirnya disebut Mamalo / Mamala.
Negeri Latu atau Negeri Mamala
Negeri Latu
atau negeri Mamala merupakan salah satu negeri dari tigapuluh negeri di Tanah
Hitu, yang meliputi: 1. Hunut, 2. Tomu, 3. Mossapal, 4. Latu atau Mamalo, 5.
Polut, 6. Hausihol, 7. Loijen, 8. Lien, 9. Waccal, 10. Pelissa, 11. Eli, 12.
Senalo, 13. Hoeconalo, 14. Kaijtetto, 15. Nockohali, 16. Thealaa, 17. Wawani,
18. Essen, 19. Zeijt, 20. Hautoena, 21.Libbalehoe, 22. Wauselaa, 23. Laijn, 24.
Nau, 25. Binau, 26. Henneheloe, 27. Hennelale, 28. Hennelatoea, 29. Toelehoe,
30, Tihil. (Sumber: De Ambonsche Lantbeschrijvinge)
Tiga Puluh Negeri di Tanah Hitu |
Asal pemberian nama Mamala, menurut cerita yang bertolak dari penuturan tua-tua adat bahwa negeri Mamala dalam bahasa daerah disebut dengan kata “Ama-Latu” yaitu “Ama’ artinya Negeri , dan “Latu” artinya Raja, jadi kata “Ama-Latu” artinya Negeri Raja. Penafsiran kata “Ama” sebagai negeri dapat dibenarkan dengan gambar di bawah ini.
Dikatakan
bahwa ketika masyarakat Mamala bertemu dengan orang-orang Portugis, kemudian
mereka bertanya kepada masyarakat Mamala bahwa dimana tempat tinggal
mereka atau negerinya, maka masyarakat Mamala menjawab sambil menunjuk ke
arah gunung dengan menyebut kata “Mala-mala”, yang maksudnya letak negeri
mereka ke arah gunung yang berwarna kebiru-biruan, yang oleh orang
Portugis di sebut “Mamalo”.
Jika hal ini dibuktikan dengan
referensi di atas, maka saat itu orang Portugis tidak serta merta menyebutnya
sebagai Mamala, namun dengan sebutan Mamalo. Penyebutan nama Mamalo sebagai
nama dari negeri Latu yang dimaksud, apakah akibat keterangan yang didengar
atau kesimpulan orang Portugis tersebut dengan latar belakang pengertiannya
tentang negeri yang dimaksud seperti penuturan di atas. Yang mengherankan dalam
dua referensi utama Maluku tersebut baik F. Valentijn dan GE Rumphiuss selalu menggandengkannya
dengan nama Latu yang disebut terlebih
dahulu, baru kemudian Mamalo. Definisi
kata “Mamalo” menurut Urban Dictionary
adalah “You say it to someone who is overly
impressed with someone else” (Anda mengatakan kepada seseorang yang terlalu
terkesan dengan orang lain). Dengan
melihat makna dari kata tersebut, akhirnya dapat diperkirakan jika orang
Portugis tersebut menyebut negeri Latu dengan nama Mamalo karena mempunyai
kesan yang besar terhadap negeri Latu.
Definisi kata “Mamalo” menurut Urban Dictionary adalah “You say it to someone who is overly impressed with someone else” (Anda mengatakan kepada seseorang yang terlalu terkesan dengan orang lain)
Kemudian
penyebutan kata tersebut berubah dari Mamalo menjadi Mamala. Nama Mamala
sendiri kemudian sebagai nama sebuah negeri tidak hanya digunakan untuk negeri Latu di Tanah
Hitu, Ambon. Namun juga digunakan di salah satu negeri di India Selatan. Nama
“Mamala” di India diterjemahkan sebagai “Mamala
is everything but it is nothing at the same time so basically it encompasses
all but is nothing” yang diterjemahkan sebagai “Mamala adalah segalanya tapi tidak pada saat yang sama sehingga pada
dasarnya meliputi semua tapi ada”. Dari Kedua pengertian ini memperlihatkan
makna yang cukup mendalam sehingga kedua sejarawan yakni GE Rumphiuss dan F.
Valentijn selalu menyebut Mamala sebagai
“negeri Latu atau yang identik dengan negeri Mamala”.
.“Mamala is everything but it is nothing at the same time so basically it encompasses all but is nothing” yang diterjemahkan sebagai “Mamala adalah segalanya tapi tidak pada saat yang sama sehingga pada dasarnya meliputi semua tapi ada”.
Pengertian
Amalatu
Penggunaan kata “Amalatu” di
kawasan Maluku Tengah, dipakai pada saat menyebut nama teon negerinya, ada yang
Amalatu, Amapati dan sebagainya. Umumnya penyebutan kata tersebut diartikan
sebagai “Bapak Raja”. Penyebutan ini sesuai dengan negeri yang berteon Amalatu,
yang kesemuanya bercirikan Uli Siwa dengan sebutan pada pemimpinnya sebagai “Amalatu”.
Sedang untuk menyebut negeri
dalam bahasa daerah adalah dengan istilah “Hena”, “Amang” dan “Ama”. Khusus
untuk kawasan Ambon, penyebutan negeri cenderung menggunakan kata “Ama”.
Kata "Ama" yang diartikan sebagai negeri |
Kesimpulan:
Mamala Amalatu merupakan istilah yang digunakan untuk
menerangkan bahwa negeri Mamala yang di maksud adalah negeri Latu (negeri
Raja).
Nama Amalatu pada Mamala-Amalatu bukanlah hanya nama yang dimaksud untuk teon negerinya saja, tetapi lebih berdasarkan pada nama negeri Mamala yang sebenarnya adalah negeri Latu.
Referensi:
Hubungan Masyarakat Mamala dan
Morela di Jazirah Leihitu Pulau Ambon, Haris Malawat,Spd; 1993
http://www.urbandictionary.com/define.php?term=mamalo
https://en.wikipedia.org/wiki/Mamala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.