Jumat, 04 September 2015

Misteri Sembilan Bendera Panji-Panji Islam Negeri Mamala

Pendahuluan

Kehadiran Sembilan bendera panji Islam di Mamala merupakan bagian dari penegasan kehidupan Islam di Ambon pada umumnya, yang awalnya merupakan tempat transit para pedagang berbagai Negara untuk mendapatkan cengkeh di Maluku Utara dan Pala di Banda. Sekalipun pada permulaan awal abad ke-16, Ambon juga menjadi daerah penghasil cengkih dan pala.

Mamala memiliki sembilan bendera masjid, yang bentuknya bervariasi seperti bendera-bendera kerajaan. Bendera bendera tersebut kini sudah semakin tua dan warnanya telah memudar dan bergambarkan berbagai kaligrafi dua kalimat syahadat di sekeliling bendera, dan kalimat kaligrafi lainnya disertai logo harimau Champa dan logo lainnya. Selain itu pada bendera Latu Liu terdapat tulisan beraksara Champa. Berbagai teori penyebaran Islam dan penjelasan tentang jalur perdagangan dunia terkait dengan cengkih serta keberadaan Champa menjadi pembahasan dalam menjelaskan  masuknya para leluhur marga Mony dan Wakang di Mamala yang berkaitan erat dengan penjelasan keberadaan bendera di Mamala sebagai bukti bahwa kesemuanya berasal dari kerajaan Islam Champa yang telah punah. Pemaparan ini mengarah dalam pembuktian keberadaan bendera marga yang ada di Mamala berada bersamaan dengan empat perdana yang telah popular dalam buku sejarah nasional Maluku sebagai cikal bakal penduduk Tanah Hitu. 

Bendera harimau Champa dan bendera Latu Liu merupakan saksi bisu benang merah hubungan emosional yang erat antara leluhur Mamala dengan Walisongo. Penjabaran ini menjadi sangat penting mengingat minimnya literasi tentang sejarah Islam di Ambon khususnya dan Maluku Tengah pada umumnya,  yang tertutupi oleh arogansi kelompok negara negara yang pernah menjajah Indonesia dan kelompoknya yang sampai kini terus berupaya untuk memelihara politik adu domba masyarakat Maluku Tengah dengan berbagai upaya pengaburan sejarah. Fakta ini menjadi nyata setelah melihat perbandingan informasi antara keberadaan bendera dan hubungannya dengan informasi tentang kedatangan berbagai marga di Ambon dari penulis asing di atas.

Pengkajian makna simbol dari bendera harimau Champa dan bendera Latu Liu memperlihatkan Sunninya Islam yang berkembang di Mamala sejak dulu, mempunyai kaitan erat dengan Baghdad {dinasti Abbasiah} dan Samarkand. Definisi harimau Champa yang dipakai pada awal penulisan memakai definisi KBBI, sekalipun pada pendalaman materi definisi itu berubah, bahwa yang dimaksud adalah “Cheetah”. Karena tidak mempengaruhi substansi masalah, untuk selanjutnya tetap dipakai dengan istilah harimau Champa, mengingat pemakaian istilah harimau Champa yang dimaksud juga digunakan pada beberapa referensi lainnya.

Sejarah dan Arkeologi

Gambar 1. Sembilan bendera panji Islam yang menyerupai bentuk dan jumlah sembilan bendera panji Islam Mamala


Dalam pembahasan sejarah, untuk membantu diperolehnya data histori yang akurat dibutuhkan ilmu-ilmu pendukung yang akan memperkuat keberadaan sejarah. Ilmu-ilmu yang dibutuhkan oleh ilmu sejarah terbagi menjadi dua; ilmu-ilmu dasar sejarah (auxillary disciplines) dan ilmu-ilmu bantu sejarah (auxillary sciences). Adapun salah satu bagian dari ilmu-ilmu dasar sejarah adalah “Heraldy” yakni pengetahuan tentang tanda-tanda atau simbol istimewa yang terdapat dalam stempel, baju besi, pakaian para pembesar, pada bendera dan pakaian tentara. Dalam sejarah Islam pada masa-masa pemerintahan Bani Saljuk, Bani Ayyub, Mamalik, dan Turki Usmani terdapat pada simbol-simbol dan tanda-tanda yang menunjukkan jabatan tertentu yang disandangnya.{1}

Penelitian arkeologi, yang bertumpu pada budaya kebendaan, membantu kita menemukan informasi dari berbagai peninggalan budaya masa lampau baik yang berbentuk artefaktual, maupun fitur-fitur bangunan monumental yang masih bisa kita saksikan saat ini, serta berbagai makna simbolik di balik benda budaya itu. Dalam konteks ini, termasuk dalam kategori pendekatan arkeologi sejarah (historical archaeology), termasuk di dalamnya Arkeologi Islam (Islamic Archaeology), yaitu arkeologi yang mempelajari masyarakat Islam masa lampau melalui artefak, fitur dan ekofak yang dihasilkan dari masyarakat masa lampau pada masa sejarah, yakni masa ketika sudah mengenal tulisan (Tjandrasasmitha, 2009:109). Azyumardi Azra (2009) mengatakan arkeologi merupakan salah satu ilmu yang sangat dekat bahkan lengket dengan sejarah, karena tujuannya sama yakni mengungkap kehidupan manusia pada masa lalu. Perbedaan keduanya lebih banyak pada penggunaan sumber. Sejarah lebih banyak bersandar pada sumber tertulis, sedangkan arkeologi pada sumber berupa benda atau artefak yang antara lain melalui ekskavasi. Lebih lanjut dikatakannya, kajian sejarah Islam sebelum abad ke 15 M, sangat memerlukan dukungan bukti-bukti arkeologis. Sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, katakanlah abad 13-15 M, masih menyisakan banyak pertanyaan yang memerlukan jawaban atas dasar berbagai bukti, khususnya arkeologi. Oleh karena itu, penggunaan data dan bukti arkeologi untuk pengungkapan sejarah Islam Indonesia, menjadi sangat penting. {2}

Dalam proses pencarian dan pengumpulan data, diperlukan pengetahuan atau sekurang-kurangnya mengerti apa yang disebut arkeologi dan atau sejarah (Tjandrasasmitha, 2009 :110). Tjandrasasmitha, selanjutnya menjelaskan meskipun arkeologi maupun sejarah, terdapat sedikit perbedaan definisi. Arkeologi dalam studinya lebih menitikberatkan kepada benda-benda atau artefak yang tidak perlu ada tulisan, sedangkan sejarah dalam studinya lebih mengutamakan data-data tertulis (arsip, dokumen). Tetapi keduanya baik arkeologi maupun sejarah tujuannya sama yakni untuk merekonstruksi kehidupan masyarakat masa lampau. Sumber tinggalan arkeologis, dapat berupa artefak maupun fitur yang keduanya dapat mengandung tulisan dan ada pula yang tidak. Benda atau bangunan dari masa sejarah yang tidak mengandung tulisanpun, tetapi masuk dalam kategori arkeologi sejarah dalam mencari dan mengkajinya dapat menggunakan data tekstual seperti arsip, dokumen-dokumen, naskah-naskah kuno tentang hikayat, babad, bahkan dongeng ataupun legenda karena mengandung kebenaran atau kenyataan (H.J de Graaf, 1956:55-73; Tjandrasasmitha, 2009:110).{2}

Dalam berbagai literatur sejarah Maluku, kita akan banyak menemukan informasi  menyangkut agenda Islamisasi, yang terus bertumbuh dan semakin mapan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di wilayah Maluku Utara. Meskipun dalam porsi yang lebih kecil, kita juga perlu memperoleh dan menemukan catatan sejarah tentang kegiatan penyebaran agama Islam ke wilayah-wilayah lainnya. Tapi sangat sedikit, bahkan mungkin belum ada, tulisan yang secara khusus memberikan informasi perihal keagamaan Islam berlangsung di wilayah wilayah penyebarannya. Kita belum dapat memastikan bagaimana Islam berlangsung di wilayah penyebarannya, mengingat catatan sejarah yang ada, hampir-hampir tak menyentuh wilayah lain di luar empat kerajaan besar Islam di Maluku Utara.{2}

Bendera 

Gambar 2. Sembilan bendera panji Islam Mamala yang hanya dikibarkan pada saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha


Bendera atau panji atau pataka asalnya diadakan dan dikibarkan oleh seorang pemimpin atau kepala suku sejak awal peradaban purba. Bendera sangat sarat dengan makna. Keberadaannya menjadi simbol yang merepresentasikan kekuasaan, kedaulatan sebuah bangsa negara berikut ideologi, kepribadian, tujuan, cita-cita hingga semangat serta keberlangsungan sebuah peradaban. Lambang bendera tidak bisa dianggap remeh.{3}

Pada masa purba, manusia menggunakan bendera atau panji atau pataka sebagai simbol identifikasi diri dan kelompoknya. Awalnya menggunakan lambang-lambang yang beragam media, diantaranya adalah tiang galah dan batu yang diukir maupun senjata.{3}

Pada periode selanjutnya pada peradaban di Tiongkok dan Persia kuno, bendera atau panji juga biasa digunakan sebagai penanda pasukan ketika berperang. Di medan pertempuran, selalu terdapat benda sebagai tanda-tanda yang digunakan dan berfungsi sebagai bendera. Seperti seorang kepala pasukan yang membawa panji dengan diikatkan pada seutas tali dengan menunggang kuda.{3}

Bendera adalah sehelai kain yang memiliki ukuran tertentu serta memakai warna dan lambang atau lukisan yang mempunyai arti sesuai dengan tujuannya. Selain itu bendera merupakan simbol kedaulatan, kekuasaan atau hak hukum dari suatu negara. Meskipun pemakaian bendera sebagai simbol suatu negara atau bangsa dikaitkan dengan munculnya nasionalisme, pemakaian simbol semacam itu dapat dilacak keberadaannya jauh ke belakang pada permulaan sejarah. Pemakaian bendera oleh bangsa-bangsa didunia sekarang ini kemungkinan berasal dari simbol suku-suku tertentu yang berbentuk burung atau binatang. Simbol-simbol itu ditempatkan di ujung tongkat yang selalu dibawa dalam peperangan. Diduga simbol-simbol seperti itu sudah dipergunakan oleh orang-orang Mesir, Yunani, dan Persia Kuno. {3}

Ada sejumlah istilah atau nama yang sering dikaitkan dengan bendera, yakni panji-panji,umbul-umbul, tunggul, dan rontek. Meskipun maksudnya sama, secara kontekstual terkadang dibedakan. Panji-panji biasanya dipakai untuk menyebut bendera lambang institusi, partai politik, organisasi sosial kemasyarakatan, atau kesatuan dalam angkatan perang; bentuknya segi empat; warnanya bermacam-macam disertai dengan gambar lambang institusi atau organisasi yang bersangkutan. Panji-panji dalam bahasa Inggris indentik dengan “banner”, sedangkan sebutan atau istilah bendera secara umum adalah “flag”. Tunggul adalah istilah atau sebutan untuk bendera yang sesungguhnya sering dijumpai dalam sastra lama dan sekarang sudah jarang dipergunakan, misalnya bendera pusaka keraton Yogyakarta, Kanjeng Kiyai Tunggul Wulung. Selain itu, panji-panji sering dipakai untuk menyebut bendara yang dibawa oleh pasukan di medan perang. Istilah umbul umbul berasal dari bahasa Jawa untuk menyebut bendera yang bentuknya memanjang mengikuti tiang tempatnya diikatkan. {3}

Sebagai simbol kedaulatan dan patriotisme moderen di Abad Pertengahan, serta alat politik dan propaganda militer, bendera  telah memainkan peran integral dalam pembentukan dinasti dan identitas agama di dunia Islam. Seperti banyak adat istiadat lain yang dilakukan kaum muslimin yang diadopsi dan diadaptasi selama penaklukan mereka, ide spanduk berasal dari yang berevolusi Teritori Romawi dan Persia {Sasanian}, seperti perangkat pensinyalan yang juga digabungkan dengan tradisi spanduk suku Arab pra-Islam. {4}

Sejarah awal bendera Islam bisa ditelusuri melalui sumber-sumber literatur. Nabi Muhammad sering dikaitkan dengan beberapa jenis bendera, seperti sepotong kain putih dipasang pada tombak, disebut “uqab” (elang), dan bendera hitam disebut “raya”. Menurut Martin Hinds, yang melakukan studi rinci tentang spanduk Arab digunakan pada Peperangan Siffin pada 37 H/657 M pada abad  ketujuh pertama kali sewaktu konfrontasi di Siffin antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiya, spanduk tampaknya sudah menggunakan  desain yang bervariasi, termasuk bulan sabit (hilal), dan tampaknya telah memperhatikan warna tertentu. Kemudian pencerminan peran komponen kromatik di perbedaan simbol negara, serta agama atau afiliasi politik dalam  dunia Islam di abad-abad berikutnya. Putih adalah secara tradisional dianggap berasal dari spanduk Umayyah (memerintah 41–132 H / 661–750 M), hitam dikatakan telah digunakan untuk Abbasiah ( 132–656 H/ 750–1258 M) bendera (dikenal sebagai almusawwida), sedangkan Fatimidiah ( 297– 567 H / 909–1171 M) tampaknya telah mengadopsi warna hijau untuk benderanya. Secara khusus Islam adalah menggunakan gaya Arab atau prasasti Kufic dalam desain standar selama periode awal Islam, menilai  yang tergambar dalam objek dan lukisan, meskipun sejauh ini  tidak ada bendera yang diberi tanggal  pada pusat Islam di Mesopotamia dan Mediterania Timur. {4}

Dalam mempertimbangkan hubungan antara tekstil dan pemerintahan di dunia Islam abad pertengahan itu, maka bendera mengundang diskusi mendalam tentang konotasi politik dan simboliknya. Sedangkan idenya bendera negara dan spanduk militer itu sendiri bersifat universal, desain bendera beberapa dinasti Islam secara menarik mencerminkan tradisi budaya asli. Bendera menunjukkan variasi gaya dan signifikansi simbolik dan gambar sebagai sumber sastra yang masih ada.  Penelusuran misteri bendera merupakan upaya menilai kembali karakteristik Bendera Islam pada abad pertengahan, serta menawarkan jalan alternatif untuk mempelajari seni dan budaya material di Negara Islam abad ke-14 dan ke-15.   {5}

Di negara dan budaya mana pun, bendera adalah alat visual penting dari politik dan militer propaganda. Sering digunakan secara simbolis, selembar kain dengan desain yang sederhana namun cerdik dalam tanda dan skema warna sekaligus membangkitkan patriotisme dan ideologi negara. Tanda  teritorialisasi ini, bagaimanapun tidak berarti konsep modern. Di zaman kuno dan abad pertengahan, ketika mayoritas masyarakat masih buta huruf, bendera berfungsi secara signifikan sebagai  simbol pemerintahan, dan desain serta konotasi ikonografinya dimanfaatkan negara ke negara. Ide untuk penggunaan tanda khas sangat jelas di peperangan. Spanduk tidak hanya menyampaikan pesan dan perintah secara sekilas, tetapi juga menggugah kecakapan militer, seolah-olah hal itu adalah senjata yang ampuh.  {5}

 

Bendera Panji Islam di Mamala

BenderaBergambar Harimau Champa



Bendera LatuLiu 



Diantara kesembilan bendera tersebut, bendera harimau Champa dan bendera Latu Liu, menjadi kunci penyingkapan misteri kesembilan asal bendera tersebut.

Teori Penyebaran Islam

Lahirnya beragam teori-teori tentang proses Islamisasi di Indonesia, berangkat dari munculnya pemikiran para ahli sejarah yang dibangun dalam rangka menjawab tiga persoalan mendasar. Pertama adalah, kapan tepatnya Islam datang, dan juga masuk pertama kali ke Indonesia, adakah teori-teori pendukung lainnya. Kedua, adakah bukti-bukti masuknya Islam ke Indonesia, dan apakah Islam yang datang ke Indonesia langsung dari Jazirah Arab atau tidak langsung dari Arab, dalam hal ini melalui Parsi (Iran) dan Gujarat (India). Ketiga, bagaimana proses Islamisasi di Indonesia dapat barlangsung dengan mudah, sehingga dapat diterima dengan baik oleh penduduk Indonesia, yang pada waktu itu sudah di kenal sebagai masyarakat mayoritas memeluk agama Hindu, Budha, dan juga kental dengan kultur maupun tradisi animisme, dan dinamisme. Selanjutnya, bagaimana pola penyebaran Islam di Indonesia. Tulisan ini, berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dipaparkan di atas, merujuk dari para pakar sejarah terbagi dalam beragam kelompok, yang pada gilirannya melahirkan beragam teori-teori proses Islamisasi di Indonesia.  {6}

Teori yang tergolong lebih awal, karena itu disebut saja teori pertama, ialah teori Christian Snouck Hurgronje, seorang orientalis terkemuka bangsa Belanda yang pernah menjabat Penasehat Tentang Urusan-urusan Arab dan Bumi Putra Indonesia. Teorinya itu dikemukakan dalam tulisannya ‘’De Islam in Nederlandsch- Indie’’, dalam Groote Godsdienten, Seri II, (Baarn : HolandiaDrukkerij, 1913), halaman 359-392. Teori ini bersumber dari Artikel yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, yang berjudul Islam di Hindia Belanda, (S. Gumawan,1973)  {6}

Teori yang diramu berdasarkan atas sejumlah sumber, seperti tulisan-tulisan pada batu nisan dan dari beberapa catatan perjalanan, antara lain yang di buat oleh seorang Vanezia bernama Marcopolo dalam abad ke-13 dan oleh seorang Arab bernama Ibn Batutah dalam abad ke-14 pada perinsipnya menyatahkan bahwa proses Islamisasi Indonesia mulai berlangsung kira-kira setengah abad sebelum kota Bagdad ditaklukkan oleh raja Mongol Hulagu pada tahun 1258 M. teori ini selanjutnya menegaskan bahwa tidak ada kekuasaan Negara yang campur tangan dalam proses tersebut. Pengislaman atas masyarakat pantai di pulau-pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau kecil lainnya, semata-mata adalah usaha saudagar-saudagar muslim dan  dari negara-negara di India.  Mereka ini merupakan pedagang-pedagang tradisional yang sejak sebelum kedatangan agama Islam telah menjalin hubungan perdagangan dari India ke pulau-pulau Nusantara. Orang-orang India yang telah muslim itu kemudian turut mengambil bagian dalam kehidupan penduduk Nusantara. Dengan teori ini Snouck seakan-akan hendak menyatakan bahwa Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang sudah mengalami persentuhan dengan agama Hindu, sehingga memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan agama Hindu/ Budha yang ada di Indonesia. {6}

Pada abad kedelapan, kehadiran Arab  muncul dalam bentuk tentara Muslim yang menaklukkan Sind. Antara 711 dan 725 M, bagian dari Sind, Punjab barat, Rajasthan dan Gujarat diduduki oleh Irak {Dinasti Abasyiah} -Tentara Arab yang ekspansinya dibatasi oleh raja-raja Deccan dan Dataran gangetic. Di jantung  peradaban Indus kuno ini,  di  Punjab  timur, periode Islamnya India  telah dimulai saat itu bukan di abad ke-12 M  Kemajuan  dari Sind ke Gujarat dan sekitarnya Semenanjung Kathiawar, tempat berdirinya kesultanan kecil. Ini segera memisahkan diri dari Baghdad, dan para sultan hidup damai dengan penguasa  lain di Sind dan Punjab barat. Pada saat ini, penetrasi Islam terjadi di anak benua ini  {7}

Dalam lingkup kendalinya di India barat, hegemoni Arab-Islam diperintah dari Baghdad oleh khalifah Abbasiyah sampai akhir abad kesembilan, ketika garnisun Arab di India dan di tempat lain melepaskan kendali khalifah dan mulai memerintah sebagai sultan independen. Sebagian besar komunitas  Muslim  diizinkan untuk mengatur diri mereka sendiri di bawah pimpinan mereka sendiri selama upeti dibayarkan.  {7}

Teori pendukung tentang Masuknya Islam ke Indonesia.

Masuknya agama dan kebudayaan Islam terjadi seiring perkembangan hubungan  perdagangan antara Indonesia dengan negara India, Persia, dan Arab pada abad ke-7 sampai dengan abad ke-15 Masehi ( Samsul Farid, 2013). Mengenai siapa pembawa Islam kewilayah Nusantara, terdapat beberapa teori berikut:   {8}

a. Teori Gujarat ( India)

Teori ini menyatakan bahwa masuknya Islam ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Gujarat. Tokoh yang mendukung teori ini adalah ilmuan-ilmuan Belanda seperti : Pijnappel dan Moquette. Kedua ilmuan ini berpendapat bahwa yang membawa agama Islam ke Indonesia adalah orang Arab yang telah lama di wilayah tersebut. Ilmuan Belanda lainnya, yaitu Snouck Hurgronje, mengungkapkan bahwa dibanding dengan orang-orang Arab, hubungan dagang Indonesia dengan orang Gujarat telah berlangsung lebih awal. Menurut G.W.J. Drewes, mazhab yang dianut oleh orang-orang Islam di Indonesia dan di Gujarat memiliki kesamaan yaitu Mazhab Syafi’i. Maquette mempertegas teori ini dengan hasil penelitiannya terhadap temuan batu nisan di kedua wilayah Indonesia dan Gujarat. Ia berpendapat bahwa ada persamaan antara batu nisan di Pasai dengan batu nisan Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik dengan batu nisan yang berada di Cambay, Gujarat.  {8}

b. Teori Benggali (Bangladesh)

Teori ini dikemukakan oleh S.Q. Fatimi. Teori ini mengatakan bahwa Islam yang datang ke Nusantara berasal dari Benggali. Teori ini didasarkan tokoh-tokoh terkemuka di Pasai adalah orang-orang keturunan dari Benggali. Selain itu, ia juga mengemukakan bahwa batu nisan Malik al-Saleh memiliki banyak persamaan dengan batu nisan di Benggali.   {8}

c. Teori Persia

Pendukung teori Persia ini adalah P.A. Husein Jayadiningrat dan M. Dahlan Mansur. Menurut  teori Persia, Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Persia. Dasar dari teori Persia ini adanya perkumpulan orang-orang Persia di Aceh sejak abad ke-15. Pada saat itu pemakaian gelar Syah yang biasa digunakan di Persia, juga pernah digunakan raja-raja. Selain itu, terdapat persamaan budaya antara masyarakat Indonesia dengan Persia. Contohnya, peringatan hari Asyura pada tanggal 10 Muharram atas wafatnya cucu Nabi Muhammad, Hasan dan Husen.  {8}

d. Teori Pantai Coromandel (India)

Teori ini dikemukakan oleh Thomas W. Arnold dan Morrison. Menurut teori ini, Islam datang ke Indonesia melalui Coromandel dan Malabar (India). Dasar teori ini ketidak mungkinan Gujarat menjadi sumber penyebar Islam ketika itu. Alasannya, Gujarat belum menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan antara wilayah Timur Tengah dengan wilayah Nusantara. {9}  {8}

e. Teori Arab

Teori ini menyatakan bahwa Islam di Indonesia, datang dari sumbernya langsung, yaitu bangsa Arab. Teori ini didukung oleh Naquib al-Attas, Buya Hamka, Keyzer, M.Yunus Jamil, dan Crawfurd. Dasar teori ini adalah keterangan yang menyatakan bahwa pada abad ke-7, orang-orang Islam Arab telah ada di pantai Barat Sumatra. Selain itu, ada persamaan Mazhab yang dianut bangsa Arab dengan Indonesia. Juga digunakannya gelar al-Malik pada raja-raja Samudra Pasai, sesuai dengan nama-nama Sultan di Mesir Teori pertama tentang datangnya Islam di Nusantara menyatakan bahwa Islam dibawa ke Nusantara oleh para pedagang yang berasal dari Arab/Timur Tengah. Teori ini dikenal sebagai teori Arab, dan dipegang oleh Crawfurd, Niemann, de Holander. Bahkan Fazlur Rahman juga mengikuti mazhab ini (Rahman: 1968). Kedua adalah teori India. Teori ini menyatakan bahwa Islam yang datang ke Nusantara berasal dari India. Pelopor mazhab ini adalah Pijnapel yang kemudian diteliti lebih lanjut oleh Snouck, Fatimi, Vlekke, Gonda, dan Schrieke (Drewes: 1985; Azra: 1999).  {8}

Bukti - bukti Masuknya Islam ke Indonesia

Untuk mengetahui kapan Islam masuk ke Indonesia, kita dapat menelusurinya melalui bukti-bukti yang ada (S. Farid, 2013). Bukti-bukti tersebut antara lain seperti berikut ini.

1. Di Sumatra

Berita Cina zaman Tang tentang adanya masyarakat muslim di daerah Kerajaan Sriwijaya sejak abad ke-7 Masehi. Berita Marcopolo yang singgah di Perlak, sebuah kota muslim di Aceh pada tahun 1292 M.Berita Tome Pires (1512-1515) dalam tulisannya Summa Oriental-nya menuliskan bahwa di bagian pesisir Sumatra Utara dan Timur, yaitu mulai dari Aceh sampai Palembang sudah banyak masyarakat dan kerajaan-kerajaan Islam. Berita dari Ibnu Batutah, yang menyatakan bahwa ia mengunjungi kerajaan Islam Samudra Pasai pada tahun 1345.   {8}

2. Di Jawa

Batu nisan Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 475 H (1085 M). Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang berangka tahun 1419 M. Nisan kubur situs Troloyo dan Troulan, di Jawa Timur, Nisan ini menunjukkan makam orang-orang muslim dengan tarikhnya menggunakan tahun Saka, bukan tahun Hijriah. Pada nisan pertama yang ditemukan di Troulan, tarikhnya menunjukkan tahun 1290 Saka (1368 M), sefangkan di Troloyo tarikhnya berkisar antara 1298-1533 Saka (1376-1611). Hal yang sangat menarik adalah pada nisan ditemukan pula lambang Surya Majapahit sebagai lambang Kerajaan Majapahit. Berita Ma-Huan. pada tahun 1413-15 M, ia pernah melakukan pelayaran untuk mengunjungi pesisir Jawa. Dalam bukunya yang berjudul Ying-yai Sheng-Lan ( Peninjauan Umum tentang Pantai-pantai Samudra) diceritakan keberadaan orang-orang muslim di Gresik. Keberdaan mereka telah membuktikan bahwa di wilayah Majapahit, baik di daerah pesisir maupun di pusat kerajaan telah terjadi Islamisasi. Berita Tome Pires (1512-1515) menyebutkan bahwa selain masih adanya kerajaan Hindu-Budha, sudah ada pula kerajaan bercorak Islam di Demak dan daerah-daerah lainnya di pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, sampai Jawa Barat. {8}

3. Di Kalimantan

Hikayat Banjar, memberikan informasi mengenai masuknya Islam di Kalimantan Selatan. Menceritakan bahwa telah terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Nagara Daha (Kalimantan Selatan) antara Pangeran Samudra dengan Pangeran Tumenggung. Pangeran Samudra meminta bantuan Demak dengan syarat ia dan rakyatnya kelak akan masuk Islam. Peristiwa ini terjadi kira-kira pada tahun 1550. Hikayat Kutai, memberikan informasi masuknya Islam di Kalimantan Timur. Dalam hikayat ini disebutkan bahwa telah datang dua orang muslim bernama Tuan di Bandang dan Tunggang Pangarang. Mereka datang ka Kutai untuk memperkenalkan Islam kepada Raja Mahkota setelah sebelumnya mereka mengislamkan Makassar. Raja Mahkota masuk Islam setelah merasa kalah dalam beradu kesaktian. Islamisasi ini diperkirakan terjadi pada tahun 1575 M.  {8}

4. Di Maluku

Tome Pires dan Antonio Galvao mengabarkan bahwa antara tahun 1460-1465, Islam telah masuk ke Maluku. Di antara berbagai macam referensi yang muncul dari Sumber Portugis dan  Spanyol di Kepulauan Maluku, yang berfokus pada aspek agama di masa lalu yang terlalu jauh untuk dilacak dengan jelas dalam memori kolektif, di mana hanya terdapat referensi terbatas yang bisa ditemukan, terutama di antara penulis yang tidak dapat mengakses sumber-sumber Iberia. Konversi awal orang Maluku ke Islam terjadi pada abad ke-15, pada kitaran tahun 1460-an atau 70-an, sekitar tujuh puluh tahun sebelum penyebaran agama Kristen pertama terjadi, sebagai akan dibahas di bawah. Dari tahun 1546 hingga 1684, para Yesuit telah memimpin misi yang diciptakan oleh St. Francis Javier di Maluku Utara. Hubert Jacobs menganggap misi ini sebagai semacam 'pembatasan Islam'. Luís Filipe Thomaz juga menyebut Maluku sebagai 'Islam Timur Jauh (Fimsterra)'. Pada saat itu Portugis tiba di wilayah itu, pada tahun 1512, pada awal Abad ke-16, merupakan ujung jalur perdagangan rempah-rempah di Indonesia dan,juga menjadi tujuan ujung timur dari jaringan perdagangan Muslim.{10} Ternate mendahului  Kepulauan Banda - tempat dewan perwakilan tatua  diberdayakan oleh beberapa komunitas penduduk desa, sekitar tahun 1485, setidaknya menurut kesaksian dari Tomé Pires - dan Hitu, di pulau Ambon, di mana sebuah 'dewan empat' (empat perdana, lit. 'empat orang utama'), sudah ada Muslim di awal abad ke-16. Ternate juga mendahului Gresik, kota pelabuhan pertama di Jawa yang Patih atau perdana menterinya telah masuk Islam. Fakta ini harus digarisbawahi, mengingat lokasi Pulau Ternate di kelompok Maluku Utara, terdapat  dua musim dibandingkan  kelompok Tengah, jadi dalam istilah berlayar pulang-pergi dari pusat-pusat Islam di Sumatera dan Semenanjung Malaya, sedangkan Hitu, Banda-Neira dan Gresik terletak di rute yang hampir langsung dapat diakses oleh kapal yang datang dari Selat Melaka.   {9}

5. Di Sulawesi

Tome Pires, memberikan informasi tentang keberadaan Islam di Sulawesi. Menurut kesaksiannya, pada awal abad ke-16 di Sulawesi banyak sekali kerajaan, yaitu seperti Gowa- Tallo, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Di daerah Gowa pada abad ke-16, telah terdapat masyarakat Muslim dan orang-orang Portugis. Hikayat Kutai, memberikan informasi masuknya Islam di Makassar oleh Tuan di Bandang sekitar tahun 1575. {8}

Pola Penyebaran Islam di Indonesia

Islam, dikenal sebagai suatu agama mayoritas dianut penduduk di Indonesia, memiliki beragam pola-pola penyebarannya, di antaranya lewat jalur-jalur sebagai berikut:

1. Perdagangan.

Saluran perdagangan merupakan tahap yang paling awal dalam proses Islamisasi. Tahap ini diperkirakan pada abad ke-7 M yang melibatkan pedagang Arab, Persia, dan India. Proses ini sangat menguntungkan, sebab bisa dilaksanakan pada saat mereka berdagang. Dalam agam Islam, semua orang Islam adalah penyampai ajaran Islam. Pada saluran ini hampir semua kelompok masyarakat terlibat mulai dari raja, birokrat, bangsawan, masyarakat kaya, sampai masyarakat bawah. Proses dipercepat dengan mulai runtuhnya kerajaan- kerajaan bercorak Hindu-Budha.

2. Perkawinan.

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap yang pertama. Para pedagang lama kelamaan mulai menetap, baik untuk sementara maupun permanen. Lambat laun para pedagang ini membentuk perkampungan-perkampungan yang dikenal dengan nama Pekojan. Pada tahap selanjutnya para pedagang ini ada yang mulai membentuk keluarga dengan cara menikahi para penduduk lokal, misalnya antara Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Manila. Namun proses ini tidak begitu mudah, mengingat perkawinan dengan orang penganut berhala dianggap kurang sah, karena itu wanita tersebut harus masuk Islam terlebih dahulu. Hal ini dapat dijalankan dengan sederhana, karena tidak memerlukan upacara. Cukup dengan mengucapkan kalimat Syahadat. Adanya proses ini menyebabkan penyebaran agama Islam berjalan lancar karena keluarga hasil perkawinan akan membentuk keluarga muslim. Selain itu, tidak mustahil dari pihak keluarga kedua mempelai timbul ketertarikkan untuk masuk agama Islam. Dalam beberapa babad diceritakan adanya proses ini, misalnya Maulana Ishak menikahi Putri Blambangan dan melahirkan Sunan Giri. Dalam Babad Cirebon diceritakan perkawinan antara Putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati, Babad Tuban menceritakan tentang perkawinan antara Raden Ayu Teja, Putri Adipati Tuban dengan Syekh Ngabdurahman.

3. Pendidikan

Para ulama, kyai, dan guru agama sangat berperan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam. Para tokoh Islam ini menyelenggarakan pendidikan melalui pondok pesantren bagi para santri-santrinya. Dari para santri inilah nantinya Islam akan disosialisasikan ditengah-tengah masyarakat.

4. Tasawuf.

Tasawuf merupakan ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan Allah SWT. dan memperoleh ridha-Nya. Saluran tasawuf termasuk yang berperan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena sifat taswuf yang memberikan kemudahan dalam pengkajian ajarannya karena disesuaikan dengan alam pikiran masyarakatnya. Bukti-bukti mengenai hal ini dapat kita ketahui dari Sejarah Banten, Babad, Tanah Jawi, dan Hikayat Raja-raja Pasai. Tasawuf masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M dan mazhab yang paling berpengaruh adalah Mazhab Syafi’i.

5. Politik

Kekuasaan raja memiliki peranan sangat besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka secara tidak langsung biasanya rakyat mengikuti jejak rajanya. Dengan demikian, setelah agama Islam mulai tumbuh di masyarakat, kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan penyebaran agama. Contohnya, Sultan Demak mengirimkan pasukannya di bawah Fatahillah untuk menduduki wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk menyebarkan agama Islam.

6. Seni dan Budaya

Islamisasi melalui bidang seni budaya dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti, seni bangunan, seni pahat, atau ukir, tari, musik, dan sastra. Saluran seni yang paling terkenal adalah pertunjukkan wayang dan musik. Sunan Kalijaga merupakan salah satu wali yang aktif menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana wayang. Sementara untuk musik, banyak dilakukan oleh Sunan Bonang. Karya Sunan Bonang yang paling populer adalah Tombo Ati, hingga hari ini masih dinyanyikan orang.

Cengkih dan Jalur Sutra

Sekilas Tentang Champa

Pengaruh "WaliSongo" di Indonesia terhadap Muslim Champa (Sunni)

Jejak Populasi Masyarakat Ambon Menurut  Jansen

 

Pembahasan

Di antara kesembilan bendera ini, hanya bendera Harimau Champa dan bendera  Latu Liu yang dibahas sebelumnya. Sekalipun demikian, dilihat dari simbol dan unsur-unsur yang ada pada bendera, membuktikan bahwa Sembilan bendera yang ada, merupakan kelompok bendera yang berasal dari satu tempat, sekalipun kedatangannya secara periodik. Kesembilan bendera ini adalah bendera kerajaan Champa di Vietnam, yang bermigrasi dan menjadi para leluhur Mamala.

Bagian paling atas dari bendera Latu Liu mengandung tulisan beraksara Champa. Hal ini membuktikan kaitan antara asal dan usia bendera. Sebagai benda arkeologi, keberadaan bendera ini sudah mengisyaratkan untaian literasi sejarah yang  panjang dan sulit untuk dibantah. Penyebutan Latu Liu sebagai nama bendera, berkaitan dengan tingkat kharisma yang tinggi dari tokoh leluhur Mamala yang membawa bendera ini. Sebutan Latu Liu merupakan bahasa tanah, yang berarti “Raja Di Raja” atau “Raja dari semua raja”. Referensi penting untuk menguraikan awal jalinan narasi yang dapat dipertanggung-jawabkan, dalam konteks ini adalah buku Hikayat Tanah Hitu [S.Rijali], yang menyebut latar belakang kedatangan Jamilu ke Tanah Hitu, diawali dari upaya menghindari pertumpahan darah sesama bangsawan untuk pengangkatan raja di Jailolo yang sudah lama kosong. Jamilu yang didukung oleh Ternate [Adnan Amal, Kepulauan Rempah-Rempah], memilih untuk menghindari pertumpahan darah dan memutuskan untuk hijrah bersama semua keluarganya ke luar Jailolo. Dalam perjalan menuju Tanah Hitu dua adiknya di Lisabata yakni Ulima Sitaniya [Pati Rumaray] dan Sallat di Waiputih.

Dalam Hikayat Tanah Hitu [HTH], Jamilu disebut sebagai anak raja dari Jawa. Sementara dari sumber yang sama menceritakan, bahwa Jamilu menemui ayahnya Mihirsihul  yang berumur 90 tahun di Tanah Hitu. Dalam sumber ini tidak disebutkan mana yang lebih dahulu singgah di Tanah Hitu. Kalau melihat kerangka HTH, keberadaan Jamilu disebut sebagai Perdana ketiga karena dia orang ketiga di Tanah Hitu. Dalam konteks ini, kata perdana diterjemahkan sebagai “orang yang mula-mula datang”.  Jadi kalau mengikuti HTH maka Mihirsihul diartikan datang menyusul Jamilu. Dalam hal ini, seolah-olah Mihirsihul paling sayang pada Jamilu, sehingga harus datang menyusul Jamilu, tetapi cerita Jamilu menemui  Mihirsihul terdapat pada bagian awal HTH.

Kalau dianggap Mihirsihul datang lebih dahulu, sebenarnya mendukung uraian HTH yang menempatkannya pada bagian awal cerita. Tetapi hal ini akan mematahkan penyebutan perdana sebagai “orang yang pertama kali datang”.  Sekaligus menjelaskan begitu besar motivasi dan upaya Jamilu sehingga harus menemui orang tuanya yang lebih dahulu berada di Tanah Hitu.

Penelitian arkeologi Islam di Maluku, adalah ranah penelitian yang memiliki beragam ruang lingkup dan cakupan studi, karena memiliki dimensi besar, termasuk sosial,ekonomi, politik, selain tentu saja, agama dan ideologi. Namun cakupannya luas dari perspektif horizontal, belum diimbangi oleh budidaya penelitian yang mendalam (vertikal), demikian studi arkeologi Islam, masih berupa potongan-potongan mosaik  hasil penelitian. Penelitian implementasi sudah berjalan, pekerjaan terbatas baru pada masalah di tingkat permukaan, sehingga berbagai hasil kesimpulan tentang peradaban Islam di Maluku, sementara ini baru menunjukkan penampilan umum Islam. Interpretasi dan kesimpulan yang telah dihasilkan, lebih bersandar pada data dari disiplin dukungan lintas-batas, yang, bagaimanapun, adalah kekuatan dari pendekatan ini arkeologi sejarah. Dari penelitian arkeologi Islam yang telah dilakukan, lintas disiplin ilmu pendekatan ke ilmu sejarah dan etnografi, yang paling umum, sementara pendekatan arkeologis itu sendiri sangat deskriptif dan belum pernah digunakan arkeologi perangkat keras, misalnya, memanfaatkan data penggalian dan komunitas penanggalan absolut untuk memastikan bahwa ketika memeluk Islam di Maluku. Dalam beberapa tahun, meski masih berkeping-keping, tetapi tampaknya upaya penelitian arkeologi Islam untuk menjangkau banyak dimensi Data arkeologis Islam, seperti yang terkait dengan tema Islamisasi dan perdagangan, perluasan Islam dalam konteks politik dan budaya dan dinamika hubungan Islam dan budaya lokal Maluku, serta perkembangan internal Islam itu sendiri dari awal hingga kehadiran bersentuhan dengan kolonialisme.

Dilihat dari sejarah, perkembangan orang Indonesia berasal dart kepulauan-kepulauan India yang membawa pola negara/ pemerintahan, pelayaran, perdagangan. Menurut pendekatan Sejarah mungkin hal ini sulit dibuktikan, tetapi hal ini dapat diasumsikan bahwa kepulauan Indonesia dapat ditemukan oleh pedagang dari India.   {10}

Singkatnya, peradaban India membuat penaklukan menyeluruh tanah ini dan India baru didirikan di tempat yang jauh dari wilayahnya. Pendudukan oleh India bahkan mencoba untuk menyelesaikan transformasi dengan mengimpor nama tempat terkenal mereka dari tanah airnya  menjadi nama pada tempat baru mereka, dan dengan demikian bisa menemukan kota-kota baru dan negara-negara bernama Ayodhya, Kausambi, Sriksetra, Dvaravati, Mathura, Champa, Kalinga, Kamboja dan Gandhara bermunculan hingga ratusan mil jauhnya dari nama mereka.   {11}

Teori yang diramu berdasarkan atas sejumlah sumber, seperti tulisan-tulisan pada batu nisan dan dari beberapa catatan perjalanan, antara lain yang di buat oleh seorang Vanezia bernama Marcopolo dalam abad ke-13 dan oleh seorang Arab bernama Ibn Batutah dalam abad ke-14 pada perinsipnya menyatahkan bahwa proses Islamisasi Indonesia mulai berlangsung kira-kira setengah abad sebelum kota Bagdad ditaklukkan oleh raja Mongol Hulagu pada tahun 1258 M. teori ini selanjutnya menegaskan bahwa tidak ada kekuasaan Negara yang campur tangan dalam proses tersebut. Pengislaman atas masyarakat pantai di pulau-pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau kecil lainnya, semata-mata adalah usaha saudagar-saudagar muslim dan  dari negara-negara di India.  Mereka ini merupakan pedagang-pedagang tradisional yang sejak sebelum kedatangan agama Islam telah menjalin hubungan perdagangan dari India ke pulau-pulau Nusantara. Orang-orang India yang telah muslim itu kemudian turut mengambil bagian dalam kehidupan penduduk Nusantara. Dengan teori ini Snouck seakan-akan hendak menyatakan bahwa Islam yang masuk ke Indonesia adalah Islam yang sudah mengalami persentuhan dengan agama Hindu, sehingga memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan agama Hindu/ Budha yang ada di Indonesia.  {6}

Kerajaan Islam Champa punah tahun 1471 setelah Vijaya dikuasai. Mungkinkah, setelah runtuhnya Champa pada tahun 1471, sebagian perdagangan Muslim di pundaknya antara Brunei dan Champa telah beristirahat, berangkat ke Brunei dengan demikian memperkuat Komunitas Muslim di tempat itu?   {12} {13}

Citra diri Cham ini diautentikasi dalam kumpulan cerita abad kesembilan beredar di Baghdad, disusun dalam Kitab al-Aghani oleh Persia sarjana Abu al-Faraj (897–967), yang menggambarkan pemujaan Buddha di Dong Duong ca. 875: ‘‘ Orang India memiliki, di kota Champa, kuil yang berbeda dari atas, . . . candi ini kuno dan. . . semua Buddha ditemukan di sana masuk ke dalam percakapan dengan umat beriman dan membalas semua permintaan yang dibuat mereka '(Ferrand: 1913, 123; Hardy: 2009, 109)   {14}

Pemerintah Cham memiliki alasan kuat untuk menyatakan diri mereka sebagai penerus Funan di dunia internasional. Orang Melayu-Austrone-sian ini, secara etnis, bahasa, dan budaya terkait dengan maritim wilayah di selatan dan timur mereka, berkembang menjadi serangkaian peradaban India dari abad kedua hingga keenam belas M. Referensi Cina paling awal di negara bagian Cham tanggal 190–193 M. Kemudian dan kemudian, dalam catatan Cina muncul sebagai negara bagian Linyi, tetapi epigrafi kemudian negara sendiri menjadi dikenal sebagai Champa, setelah Champa di wilayah timur laut India yang menjadi tempat perdagangan dan kontak dengan budaya Chams, untuk alasan itulah orang-orang itu dikenal sebagai Chams (Vickery: 1998, 48–51, 64–69; Orang: 2009, 128–29).   {14}

Kesembilan bendera panji Islam Mamala berkaitan dengan kedatangan leluhur bernama Mihirsihul {ayah Jamilu} dari Jailolo. Adanya simbol simbol kerajaan Champa dan historigrafi runtuhnya kerajaan Champa sekitar tahun 1471 dan Jailolo sebagai Bandar akhir terminal jalur sutra, dan hilang dan berhentinya para pelaku perdagangan perantara yang dilakukan orang Champa sejak keruntuhan kerajaan Champa yang merupakan dinasti Arab-India. Diperkirakan telah migrasi ke seluruh nusantara termasuk kawasan Maluku {khususnya Maluju Tengah}

Menurut Van Leur dalam buku "Indonesia Trade and Society",migrasi ke Indonesia sangat beragam. Pertama adalah kolonialisasi oleh kelompok-kelompok yang lebih besar. Imigran-imigran dari daerah-daerah lain yang menduduki daerah lain. Perdagangan dapat memainkan suatu peran yang dominan seperti migrasi, tetapi perdagangan berlangsung tanpa merusak dominasi kelompok yang sudah ada sebelumnya. Hukum keluarga, hukum tanah terus menggunakan unsur baru yang dibawanya tanpa adanya perlawanan. Sehingga masuknya imigran ini melalui proses asimilasi. {10}

Tipe kedua adalah tipe migrasi individual. Perkampungan pedagang-pedagang asing di atas adalah berhubungan dengan tipe ini. Orang-orang asing membentuk koloni atau tempat tinggal, kampung-kampung yang mempunyai bentuk administrasi dan kekuasaan hukum mereka sendiri dan mempunyai teritorial secara khusus.  {10}

Letak geografis Indonesia yang di.dukung oleh iklim tropis telah memungkinkan datangnya para pedagang dari Eropa dan Tiongkok. Setiap setengah tahun angin berobah arahnya 180 derajat sehingga mempermudah pelayaran dalam perjalanan ke Indonesia dan kembali ke negaranya.{56} {10}

Pelabuhan terbesar yang dapat. digunakan untuk berlabuh dan pusat perdagangan adalah pulau Makian, di wilayah kekuasaan Bacan. Di pelabuhan Makian inilah orang-orang Cina membeli cengkeh untuk pertama kali dalam jumlah besar, uang yang digunakan sebagai alat tukar di kepulauan Maluku adalah "fang" mata uang Cina.  {10}

Secara khusus jalur perdagangan antara Asia dengan Eropa disebut dengan jalur sutra dalam bahasa Inggrisnya biasa dinamakan silk roads. Silk road: adalah nama puitis yang diberikan kepada jalur perdagangan yang terbentang dari timur ke barat sejak dahulu kala. Sutra memang menjadi komoditi terpenting dari timur yang memacu para pedagang Eropa untuk mencarinya. Selain sutra tentu ada komoditi lain yang merupakan obsesi dari negara Eropa seperti rempah-rempah, keramik, batu permata dan lain sebagainya. Sehingga sering juga jalur tersebut dinamakan jalur rempah-rempah (spice route). Namun yang lebih utama lagi bahwa disepanjang jalur ini telah terjadi pertukaran berbagai produk budaya yang bersifat "halus" yaitu baik yang bersifat tidak dapat dipegang seperti wacana lisan, musik, tari-tarian dan berbagai jenis pertunjukkan dan adat kebiasaan maupun yang bersifat sama sekali tidak kasat mata seperti berbagai macam gagasan, nilai, kaidah-kaidah, mitos, legenda dan berbagai macam kandungan sastra. Oleh sebab itulah gurun yang melintasi lautan, gurun pasir dan padang steppe mernpakan pula jalur pertemuan dan dialog yang sangat mempengaruhi proses saling membuahi antara kebudayaan satu dengan kebudayaan lain sepanjang jalur tersebut.

Tidak dapat disangkal lagi bahwa Ternate merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar bangsa. Lokasinya merupakan jalur yang menghubungkan antara Jawa dan Sulawesi telah tercipta suatu peninggalan peninggalan purbakala, kesenian yang merupakan bukti tentang masuknya aneka ragam kebudayaan dari berbagai penjuru dunia seperti Arab, India, Cina dan Eropa.

Kerajaan Islam Champa punah tahun 1471 setelah Vijaya dikuasai. Mungkinkah, setelah runtuhnya Champa pada tahun 1471, sebagian perdagangan Muslim di pundaknya antara Brunei dan Champa telah beristirahat, berangkat ke Brunei dengan demikian memperkuatKomunitas Muslim di tempat itu?  {12} {{15}

Setelah itu, Selat Malaka menjadi salah satu trayek yang paling menentukan dalam sistem perdagangan internasional yang membentang dari Cina dan Maluku di timur sampai Afrika Timur dan Laut Tengah di barat. Sistem perdagangan Indonesia melalui Malaka dihubungkan dengan jalur-jalur yang membentang ke barat sampai India, Persia, Arabia, Syria, Afrika Timur, Laut Tengah, ke utara sampai Siam, Pegu serta ke timur sampai Cina dan Jepang. Ini merupakan sistem perdagangan terbesar di dunia pada masa itu. Dua pelabuhan terpenting perdagangan abad ini adalah Gujarat di India barat laut dan Malaka. Rempah-rempah dari Maluku merupakan salah satu hasil yang paling berharga di dalam sistem ini, selain tekstil dari India dan beras dari Jawa. Malaka menjadi pusat perdagangan sedang pelabuhan-pelabuhan di Sumatera sebagai tempat ekspor merica (Riclefs, 1990, hal. 28). Malaka menjadi pusat transit perdagangan pala, cengkeh, bunga pala dari Maluku ke india yang sebelumnya route itu dari Maluku ke Jawa Timur baru ke India. Sekarang kapal-kapal yang meninggalkan Jawa Timur harus singgah ke Malaka baru melanjutkan perjalanan ke India (DGE. Hall, 1988, hal. 191).

Pelabuhan terbesar yang dapat. digunakan untuk berlabuh dan pusat perdagangan adalah pulau Makian, di wilayah kekuasaan Bacan. Di pelabuhan Makian inilah orang-orang Cina membeli cengkeh untuk pertama kali dalam jumlah besar, uang yang digunakan sebagai alat tukar di kepulauan Maluku adalah "fang" mata uang Cina.

Orang-orang Cina menurut Galvao dianggap sebagai orang pertama yang mengadakan perdagangan di Maluku. Orang Cina berdagang ke Maluku melalui route jalur pelayaran utara yakni melalui Kalimantan. Pelayaran ini selain membawa pengaruh terhadap jalur-jalur perdagangan juga telah mempengaruhi bahasa-bahasa yang dipakai di daerah Bacan dan sekitamya. Orang-orang Cina sebelum sampai di Bacan telah sampai di Makyan, sehingga banyak membawa pedagangpedagang dari Malaka dan membawa pengaruh terhadap perkembangan linguistik. Di daerah Bacan dan sekitarnya bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu. Bahasa Melayu di kepulauan Maluku hampir sama dengan bahasa Melayu di Kalimantan bagian utara (E.K.M. Masinambow, tahun 1996, hal 3-4).

Perdagangan transkontinental yang membentang di Asia Tengah dan menghubungkan Chang-an (Ibukota Cina sejak abad ke 7 hingga ke 13) melintasi stepe-stepe dan gurun-gurun, wilayah-wilayah Parsi, selatan laut Kaspia, Mesopotamia, hingga Laut Tengah. F\mgsi utama perdagangan laut darat adalah untuk menyalurkan produk-produk dari timur ke barat melalui laut tengah. Alat transportasi utama adalah rombongan unta (karavan) dalam jumlah yang sangat besar sampai di wilayah Samudra Hindia.

Wilayah yang penting adalah Trans Oxiana yang dialiri sungai Amu Darya dan Syr Darya yang bermuara di laut Aral. Selain pengaruh Islam dari Bagdad kemudian budaya Islam dan Parsi juga memasuki wilayah kota-kota Samarkand dan Bukara dan berubah menjadi pusat peradaban Islam Parsi. Sejak abad ke 13 berkaitan dengan ekspansi Mongol hingga membentuk suatu Emporium Mongol yang membentang dari Cina hingga Mesopotamia dan bertahan hingga abad ke 15. Pada masa emporium Mongol Chengiz Khan berhasil menguasai wilayah Trans Oxiana dan membangun ibukotanya di Samarkhand dan mengunakan gelar "Khan Akbar" (Great Khan). Dinasti Timur bertahan di wilayah itu hingga awal abad ke 15 dimana wilayah tersebut dimasuki kelompok-kelompok sosial yang menamakan dirinya Uzbek.

Amir Timur melancarkan serangkaian peperangan untuk memulihkan kembali kekuasaan Chingiz Khan dari abad ke 13. Ke barat pasukan-pasukan berkuda yang dipimpin Amir Timur berhasil menduduki Persia (1380) kemudian ke Azerbaijan, Baghdad, Damaskus, Angora (Angkara) dan Georgia diperbatasan Barat Rusia. Ke timur pada tahun 1389 Amir Timur berhasil menaklukkan kerajaan Delhi, kerajaan Islam di India yang juga dibentuk oleh bangsa Mongol. Trans Oxiana merupakan wilayah yang menjadi kunci utama dalam kelancaran perdagangan jalur sutra di Asia Tengah.

Keturunan Amir Timur, Zahir al-Din Muhammad Babar (Padshah Ghazi) kalah dalam  suksesi dan melarikan diri ke Afganistan dan berhasil membangun kerajaan Islam di India dalam periode abad ke 16 yaitu kerajaan Moghul yang bertahan hingga abad ke 18. Selain jalur darat seperti yang disebutkan di atas, jalur yang lebih penting lagi dalam penyebaran Islam melalui jalur laut. Sejak kalifah Bani Abasiah mengalami kemundur:an pada abad 10 pola perdagangan dari Timur Tengah ke Asia Timur mengalami perubahan yang fundamental. Sejak itu pelabuhan yang menyediakan segala macam fasilitas bagi kaum pedagang dan pelaut.

Jalur perdagangan dan pelaut dari Timur Tengah berlayar hingga Surat di pesisir Malabar di India dan para pedagang dari Timur bertemu di Surat. Persebaran Islam ke timur juga memanfaatkan jaringan emporium. Majapahit dalam abad ke 14 dapat dilihat sebagai sebuah emporium yang menghubungkan Asia Tenggara dan India. Dalam abad ke 15 posisi Majapahit digantikan oleh Maluku, kemudian Banten yang muncul pada sekitar abad 16.

Munculnya Temate sebagai bandar jalur sutra lebih banyak didukung oleh adanya jalur laut. Sejak para pedagang Cina tidak muncul lagi di Maluku sejak paroh kedua abad ke 14. Peranan mereka digantikan oleh orang-orang dari Jawa, Sumatera, Makasar dan Tagalok Makassar. Maka sejak itu Majapahit menjadi bagian terpenting dalam perdagangan rempah-rempah dari Maluku. Dalam kitab Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca (1365) sempat mencatat adanya "Maloko" yang dapat diartikan sebagai empat pusat kekuasaannya di Maluku utara atau yang lazim dinamakan "Maluku Kie Raha".(RZ. Leirissa, tahun 1996, hal 2 - 4).

Temate sebagai pusat perdagangan intemasional, dengan hasil utama rempah-rempahnya telah menjadi incaran negaranegara Eropa. Nicholas de County seorang bangsawan Italia masuk Islam di Temate tahun 1440, telah membuktikan betapa bernilainya bandar Temate. De County tinggal selama 25 tahun di Ternate, yang merupakan orang Eropa pertama yang membuat catatan tentang Maluku. Hasil tulisan De County telah menjadi salah satu acuan pembuatan peta dunia tahun 1460. Peta itulah yang menurut Rafaer menjadi pendorong bagi bangsa Eropa untuk menguasai kepulauan rempah-rempah.{10}

Kesimpulan

Keberadaan bendera panji panji Islam Mamala berkaitan dengan historiografi runtuhnya kerajaan Islam Champa di Vietnam.

Keberadaan bendera panji panji Islam Mamala berkaitan dengan berhentinya dengan perdagangan dan aktivitas laut yang dilakukan oleh para leluhur Mamala yang berasal dari Champa yang memilih migrasi setelah sebelumnya ke Jailolo

Saran

Diperlukan upaya penelitian lanjutan oleh para akademisi dalam hal ini

 

Daftar Pustaka

 

1.Mas'ud Sulthon, Sejarah Peradapan Islam,Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Surabaya, 2014

2.Handoko W.Sketsa Arkeologi Islam di Maluku, Tema dan Implementasi Penelitian, Balai Arkeologi Islam Ambon, Kapata Arkeolgi Vol.8/November 2012, Balai Arkeologi Ambon

3.https://kelanadelapanpenjuruangin.wordpress.com/2018/10/29/bendera-sejarah-makna-dan-fungsinya/

4.Kate Fleet, Gudrun Krämer, Denis Matringe, The Encyclopaedia of Islam Three, Leiden • boston 2014

5.Yuka Kadoi, On the Timurid Flag, Markus Ritter und Lorenz Korn,Beiträge zur Islamischen Kunst und Archäologie Band 2,WIESBADEN 2010

6.Baiti Rosita, Teori Dan Proses Islamisasi Di Indonesia, Wardah: No XXVIII/Th. XV/Desember 2014

7.Djati Palinngam R, Sekilas Tragedi Sejarah Bangsa Champa, available at https://www.kompasiana.com/fadz/5509df858133114e70b1e30d/sekilas-tragedi-sejarah-bangsa-champa

8.https://mozaikminang.wordpress.com/2011/11/24/sekilas-tragedi-sejarah-bangsa-champa/

9. Lobato Manuel,The Introduction of Islam in the Maluku Islands (Eastern Indonesia): Early Iberian Evidence and Oral Traditions, ESTUDOS ORIENTAIS Volume comemorativo do primeiro decénio do Instituto de Estudos Orientais (2002-2012),Universidade Católica Editora

10. Leirissa,RZ, TERNATE SEBAGAI BANDAR JALUR SUTRA, CV. ILHAM BANGUN KARYA,Jakarta, 1999

11.Anonym, THE IMMIGRATION OF MOSLEM DESCENDENTS OF NORTH-AFRICA FROM THE PHILIPPINES TO MAINLAND CHINA

12.Majumdar RC, Ancient Indian Colonies in The Far East Vol I Champa, Dacca University, published by The Punjab Sanskrit Book Depot

13. MISTERI BENDERA ATLAS PREHISTORY SOUTHEAST ASIA, History of Southeast Asia, https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_Southeast_Asia

14. Ismardi, Zulkifli, Kamiruddin, Afrizal Ahmad, THE INFLUENCE OF HINDUISM TOWARD ISLAM BANI: STUDY OF RELIGIOUS THOUGHT OF MUSLIM CHAMPA, VIET NAM,State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia 20zulkifli.marjuni@uin-suska.ac.id

15. ATLAS PREHISTORY SOUTHEAST ASIA, History of Southeast Asia, https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_Southeast_Asia

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.